Electrifying Agriculture bisa Dorong Produktivitas Pertanian, Begini Caranya
“Electrifying Agriculture” tentu kalimat ini masih asing bagi masyarakat Indonesia. Namun, kalau disebut listrik masuk sawah meskipun masih terbatas alias belum meluas petani sudah merasakan langsung hasil dari sistem pengairan dan penerangan dengan metode ini yang telah berhasil mendongkrak produksi beragam komoditi pangan, seperti padi dan buah naga.
Baru-baru ini, General Manager PT PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat (UIWP2B) Abdul Farid menyampaikan, program electrifying agriculture ini merupakan salah satu upaya PLN dalam meningkatkan daya saing para petani lokal khususnya di Papua.
Selain menambah hasil produksi, hal ini juga dinilai lebih efisien dan ramah lingkungan.
“Kami terus berupaya memaksimalkan pelayanan pada seluruh konsumen, termasuk petani. Salah satu caranya, menyediakan listrik yang andal, mudah dijangkau dan dinikmati hingga ke sektor pertanian,” kata Farid, melansir pasificpos.com.
PLN menawarkan kemudahan dalam penyambungan daya listrik kepada para pelaku usaha. Dimana, PLN telah melakukan penandatanganan kerja sama dengan Bank Mandiri dan BRI dalam penyediaan layanan perbankan untuk mendukung program electrifying agriculture.
“Pelibatan lembaga keuangan agar petani tidak merasa terbebani dengan biaya yang mahal saat membutuhkan pasokan listrik yang lebih besar untuk meningkatkan produksi tanaman pangannya,” ujar dia.
Program electrifying agriculture menjadi salah satu bagian dari semangat transformasi yang dimiliki PLN. Keandalan serta kemudahan dalam mendapatkan pelayanan kelistrikan terus ditingkatkan untuk semua pelaku usaha tak terkecuali di sektor pertanian.
“Dengan program dan kemudahan ini, kami berharap produktivitas pertanian dapat terus meningkat, sehingga para petani dapat bersaing di tengah kondisi sulit, seperti pandemi saat ini,” kata Farid.
Sarjo, salah satu petani buah naga di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, merasa senang karena inovasi PLN telah meningkatkan penghasilannya. “Terima kasih, PLN. Program ini (electrifying agriculture) sangat membantu dalam memproduksi buah naga sesuai target,” ujarnya.
Sebelumnya ia hanya mengandalkan sinar matahari, kini buah naga dapat lebih produktif dalam berbunga dan berbuah hingga malam hari.
“Pemasangan lampu di setiap tanaman, proses induksi pembungaan buah naga menjadi lebih cepat 75 hingga 90 persen,” kata dia.
Jenis tanah di Papua dan jenis-jenis tanah pertanian lainnya
Produktivitas komoditas pertanian sangat ditentukan dengan kondisi lahan atau tanah. Tanah yang kurang nutrisi dan unsur hara tidak akan mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan berlimpah. Karenanya, pembenahan tanah yang rusak merupakan tindakan penting sebelum budidaya tanaman.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan kondisi tanah sangat penting untuk mendukung pertanian.
“Indonesia memiliki lahan yang subur tetapi untuk mendapatkan produktivitas yang diinginkan kondisi lahan harus dijaga. Karena lahan yang baik bisa menghasilkan tanaman yang baik juga,” katanya, beberapa waktu lalu.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan pembenah tanah dilakukan untuk menyehatkan tanah.
“Kalau tanah sakit, misalnya kurang bahan organik, berarti pembenah tanahnya bahan organik kompos dan lainnya. Kuncinya tanahnya sehat. Oleh karena itu pembenah itu dikatakan penyehatan tanah,” terangnya.
Ia menambahkan tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat. Tanaman yang sehat akan menghasilkan pangan sehat.
“Oleh karena itu bangsa yang maju harus dimulai dari tanah yang sehat,” katanya.
Pembenah tanah menurut Peneliti Utama Badan Penelitian Tanah BBSDLP Balitbang Pertanian Ai Dariah, sudah disepakati dalam Permentan Nomor 01 Tahun 2019. Pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis atau alami organik atau mineral berbentuk padat atau cair yang mampu memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah,” kata dia, mengutip jppn.com, belum lama ini.
Tujuan pembenah tanah, kata dia, untuk menciptakan lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi tanaman, perkebunan biota tanah, serta meningkatkan ketahanan tanah.
Menurut Ai Dariah, pembenah tanah ada dua jenis yaitu alami dan sintetis. Pembenah tanah alami terdiri dari organik, hayati, anorganik atau mineral. Pembenah tanah sintetis dilakukan untuk tanah yang sudah mengalami rekayasa mengalami perubahan senyawa, yaitu organik dan anorganik. Berikut jenis tanah di Indonesia :
Tanah Gambut atau Organosol (Tanah Rawa)
Tanah gambut atau organosol adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan bahan organik seperti tumbuhan, gambut, dan rawa. Tanah gambut biasanya terdapat di daerah yang memiliki iklim basah dan bercurah hujan tinggi. Tanah ini memiliki ciri-ciri berwarna hitam, memiliki kandungan air dan kandungan organik yang tinggi, memiliki tingkat keasaman yang tinggi, nilai PH-nya hanya 0.4, miskin akan unsur hara, drainasenya jelek, dan pada umumnya kurang subur.
Tersebar Kalimantan, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, dan Papua bagian selatan. Sekalipun kurang subur, tanah gambut ini masih dapat dimanfaatkan untuk persawahan, palawija, karet, dan kelapa.
Tanah Podsolik Merah Kuning
Terbentuk dari batuan kuarsa. Tanah ini terdiri dari berbagai tekstur, mulai dari pasir hingga bebatuan kecil. Tanah podolik merah kuning ini memiliki ciri-ciri berwarna merah sampai kuning, bersifat asam atau PH-nya rendah, kandungan unsur haranya rendah, dan kandungan bahan organiknya juga rendah.
Tanah jenis ini banyak ditemukan di Sumatera, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Tanah podsolik merah kuning cocok ditanami tanaman karet, pinus, dan akasia.
Tanah Podsol
Tanah yang terbentuk karena pengaruh suhu rendah dengan curah hujan tinggi. Tanah ini memiliki ciri miskin unsur hara, tidak subur, berwarna kuning hingga kuning keabuan, memiliki kandungan bahan organik yang rendah, dan bertekstur pasir hingga lempung. Tanah podsol banyak terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dan Papua. Jenis tanah ini cocok untuk ditanami kelapa sawit dan jambu mete.
Tanah Humus
Jenis tanah yang terakhir adalah tanah humus. Terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan. Tanah ini memiliki ciri berwarna kehitaman, sangat subur, memiliki kandungan mineral yang tinggi, dan kaya akan unsur hara. Jenis tanah ini dapat ditemukan di bawah bebatuan dan tumbuh-tumbuhan yang lebat. Di Indonesia persebarannya ada di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua, dan sebagian wilayah Sulawesi.
Pemupukan yang sesuai dengan status hara tanah sangat penting untuk keberlangsungan lahan sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Pupuk berimbang “bisa” tetapi “tidak sama” dengan pupuk majemuk (disesuaikan status hara tanah, produktivitas padi atau varietas), dimana formula pupuk majemuk harus bersifat “spesifik lokasi” (sesuai status hara dan produktivitas). Pupuk majemuk tetap memerlukan pupuk tunggal, seperti urea, SP-36 dan/atau KCl.
Penambahan hara yang kurang berpengaruh terhadap ketersediaan hara lain. Jika hara yang kurang tergolong hara utama, maka produksi akan semakin rendah. Hara nitrogen (N) sangat dibutuhkan, hara P dan K tergantung status haranya. Sedangkan waktu pemupukan disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman.
Pupuk NPK Pelangi, NPK Pelangi Agro menjadi sejumlah pilihan produk yang bisa diaplikasikan dalam memenuhi kebutuhan hara dan nutrisi tanah serta tanaman. Pupuk komersial dari pabrik PT Pupuk Kaltim bisa didapatkan dengan mudah melalui pasar online maupun kios pupuk.