Free cookie consent management tool by TermsFeedKekeringan Panjang Melanda Indonesia, Padi Gogo Solusinya? - Demfarm
logo-demfarm

Kekeringan Panjang Melanda Indonesia, Padi Gogo Solusinya?

·
<p>solusi kekeringan dalam bertani</p>

solusi kekeringan dalam bertani

(Istimewa)

Tahun 2023 ini, Indonesia diprediksi akan mengalami fenomena kemarau kering. Kondisi ini disebabkan adanya El Nino yang akan menerjang wilayah Indonesia.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan pada tahun ini fenomena cuaca di Indonesia tidak lagi diwarnai dengan keberadaan La Nina yang sudah membuat musim kemarau RI jadi basah selama 2 tahun.

Hal itu terkait dengan pergerakan massa basah ke Asia Pasifik, sehingga wilayah di Indonesia cenderung lebih kering seperti tiga tahun sebelumnya.

“Ini poin penting yang harus diperhatikan. Kita harus siap bahkan ada peluang menjadi El Nino lemah meskipun lemah artinya ada pergerakan masa basah ke Asia Pasifik artinya kemarau lebih kering,” kata Dwikorita.

Ia menjelaskan pada 2020 hingga 2022 Indonesia diselimuti dengan fenomena triple deep La Nina. Namun, fenomena itu perlahan menjauh dan berbalik menjadi El Nino.

Artinya, kata dia, dalam enam bulan ke depan BMKG memprediksi sifat hujan bulanan di 2023 relatif menurun dibanding tiga tahun terakhir yang dipengaruhi adanya fenomena La Nina.

Dwikorita menjelaskan, kondisi kemarau yang lebih kering dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya mengakibatkan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan semakin mudah terjadi. Karena itu, pencegahan harus dilakukan sejak dini sebagai bentuk antisipasi.

“Kalau tiga tahun terakhir ini saat musim kemarau masih sering terjadi hujan, maka di tahun ini (2023), intensitas hujan akan jauh menurun,” ungkap Dwikorita.

Menurutnya, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan. Terutama di daerah-daerah yang masuk ke dalam kategori rawan Kahutla, contohnya seperti di Sumatera dan Kalimantan.

Berdasarkan pemantauan terbaru BMKG, ia mengungkap, saat ini intensitas La Nina terus melemah. Hal itu terlihat dari indeks El-Nino Southern Oscillation (ENSO) di 10 hari pertama Januari 2023.

El Nino dan La Nina merupakan dinamika atmosfer dan laut yang memengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. Ketika El Nino berlangsung, musim kemarau menjadi sangat kering serta permulaan musim hujan yang terlambat. Sedangkan ketika La Nina, musim penghujan akan tiba lebih awal dari biasanya.

Pemerintah Siap Hadapi Kekeringan Panjang

Ancaman musim kemarau atau kekeringan panjang yang melanda Indonesia mulai diantisipasi pemerintah. Musim kemarau atau kekeringan panjang tersebut diprediksi akan terjadi di 31 provinsi pada Agustus 2023 mendatang. Awal musim kemarau atau kekeringan berkepanjangan diprediksi mulai terjadi sejak Maret 2023.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ambil bagian dalam mengantisipasi kemarau panjang. Kementerian akan mengoptimalkan fungsi bendungan yang sudah dibangun untuk mengantisipasi kekeringan.

Mulai awal Maret 2023, Kementerian ini pun telah mulai mengatur volume air pada infrastruktur bendungan di seluruh wilayah Tanah Air. Salah satu tujuannya adalah agar air yang mengalir dapat secara merata menjangkau setiap daerah yang berpotensi mengalami kekeringan.

Langkah ini diyakini efektif karena kapasitas air yang dimiliki oleh bendungan yang terdapat di dalam negeri sekitar 25 miliar M3.

“Sebagai contoh, kalau daerah tersebut masih hujan, itu ada juga masih yang musim hujan. Itu pintu kami buka. Kalau pintu kami buka pada saat terjadi hujan, bisa mengurangi banjir. Tetapi juga kalau daerah tersebut sudah masuk di dalam musik kemarau, kami akan tutup. Di sini sangat diperlukan adalah pengoperasian pintu-pintu bendungan,” terang Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jarot Widyoko.

Selain bendungan, pemerintah melalui Kementerian PUPR bakal melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan seluruh sumur eksisting yang ada, kurang lebih 3.230 titik di 20 provinsi. Plus merehabilitasi sumur-sumur eksisting sebanyak 25 titik di 12 provinsi.

Hal ini dilakukan lantaran tidak semua provinsi memiliki sumber air yang memadai untuk menunjang kebutuhan masyarakat di musim kemarau. Oleh karenanya, Kementerian PUPR juga menyiapkan skenario untuk melakukan pengeboran sumur-sumur baru di daerah kering air.

Padi Gogo Jadi Solusi di Musim Kemarau atau Kekeringan Panjang

Maret 2023 diprediksi menjadi awal musim kemarau atau kekeringan panjang di Indonesia. Kondisi itu berpotensi turut mengganggu ketahanan pangan nasional.

Namun Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jarot Widyoko, meyakini ketahanan pangan negara masih bisa terjaga karena ada beberapa komoditas yang bisa diproduksi saat musim kemarau, semisal padi gogo.

Mengutip penjelasan LIPI, padi gogo merupakan jenis padi yang ditanam pada areal lahan kering atau lazim disebut dengan padi tegalan. Budidaya padi gogo sama sekali tidak membutuhkan irigasi dan dapat diaplikasikan pada daerah bercurah hujan rendah.

Tiga varietas padi gogo, terdiri dari Inpago LIP Go 1, Inpago LIPI Go 2 dan Inpago LIPI Go 4. Ketiga varietas ini memilki keunggulan toleran terhadap kekeringan, tahan penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea dan memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan padi gogo pada umumnya dengan rerata produksi 4-5 ton/ha dengan potensi produksi mencapai 7-8 ton/ha.

Varietas padi gogo memiliki beberapa kelebihan yang dapat menguntungkan petani dari segi agronomis usaha tani. Keunggulan padi gogo adalah sebagai berikut: 

  • Padi gogo dapat tumbuh dengan baik pada lahan kering dan tidak memerlukan saluran irigasi. Kebutuhan air padi gogo bisa hanya mengandalkan curah hujan saja.
  • Budidaya padi gogo tergolong ramah lingkungan karena meminimalisir penggunaan bahan kimia, pupuk, dan pestisida.
  • Budidaya padi gogo dapat dilakukan dengan TOT (tanpa olah tanah). Sehingga biaya produksi dan kebutuhan tenaga kerja relatif rendah.
  • Padi gogo cocok ditanam dengan pola tumpang sari. Seperti padi gogo-jagung, padi gogo-ubi kayu, dan tanaman semusim lainnya.
  • Budidaya padi gogo tidak memerlukan teknologi tinggi dan sesuai dengan tipe pertanian LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture).
  • Padi gogo dapat berfungsi sebagai tanaman pionir pada pembukaan lahan kering pertanian, yang sebelumnya merupakan hutan sekunder atau padang alang-alang. (Tyo)
0
Artikel Terbaru