Free cookie consent management tool by TermsFeedKenalan yuk dengan Bio Salin, Pupuk yang Cocok untuk Wilayah Pesisir Pantai dan Lahan Rawa - Demfarm
logo-demfarm

Kenalan yuk dengan Bio Salin, Pupuk yang Cocok untuk Wilayah Pesisir Pantai dan Lahan Rawa

·
<p>Daftar harga pupuk &#8211; sumber foto: Freepik.com</p>

Daftar harga pupuk – sumber foto: Freepik.com

(Istimewa)

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau, di mana terdapat bibir pantai yang membentang. Setiap bibir pantai yang ada, tentunya memiliki lahan pasir yang terhampar luas.

Sebagai contoh di wilayah selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat bentangan pantai sepanjang lebih dari 70 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul. Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang tandus, kering, miskin usur hara, dan mustahil untuk bisa dijadikan lahan pertanian produktif. Siapa sangka saat ini lahan pasir pantai bisa dijadikan sebagai media untuk tanaman. 

Keberhasilan pertanian di lahan pasir pantai tentunya tidak diraih begitu saja, banyak kendala yang harus dihadapi untuk mencapai keberhasilan. Adanya iklim yang sangat panas, sering terjadi badai garam, minim unsur hara, porositas lahan yang tinggi, dan pasir pantai yang telah terendam air garam selama jutaan tahun. 

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta Soeharsono menuturkan, pengembangan lahan pasir yang digunakan untuk pertanian sudah merambah hampir seluruh kawasan pantai selatan Yogyakarta. Mulai dari Kulon Progo hingga Bantul sudah dieksplorasi untuk pengembangan lahan pertanian lebih lanjut.

Soeharsono menjelaskan, BPTP memperkenalkan beberapa teknologi, di antaranya ada pengelolaan lahan air, varietas, tata kelola, seperti pemupukan, dan kelembagaan, atau pembentukan kelompok tani. Menurutnya, perkembangan yang ditunjukkan oleh kelompok tani lahan pasir ini sangat pesat.

“Para petani juga sudah melakukan kolaborasi dan terintegrasi untuk dapat membangun pasar, yang tidak hanya di lokal Bantul, tapi bisa ke luar Bantul, di tingkat provinsi hingga antar provinsi bahkan ada jaringan antar pulau. Artinya ini spesial karena memang komoditas pertanian di DIY itu kecil, tapi bisa dinamis, bisa memberikan produknya hingga ke berbagai daerah,” ujar Soeharsono.

Soeharsono memaparkan bahwa kualitas hasil panen dari para petani lahan pasir ini lebih baik ketimbang di lahan sawah pada umumnya. Pasalnya, kualitas panen di lahan pasir memiliki kadar air yang lebih tinggi.

Kawasan Pesisir Pantai Bisa Diubah Menjadi Kawasan Pertanian

Kawasan pesisir pantai identik dengan daerah berpasir, tandus dan kering. Namun di sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), imajinasi tentang kawasan tandus dan tak bisa ditanami tak berlaku. Di tangan para petani, kawasan pesisir Kulonprogo ini diubah menjadi kawasan pertanian yang subur dan menghasilkan.

Salah satu petani bernama Tukijo, asal Desa Karangsewu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo mengisahkan, dirinya bertani di pesisir sejak tahun 1987. Menurutnya, lahan pasir yang dianggap tandus ternyata cocok untuk ditanami komoditas sayur mayur dan buah seperti cabai, semangka. melon, terong, kacang panjang dan berbagai tanaman lainnya.

“Panen cabai di lahan pasir bisa lebih banyak. Kalau di lahan biasa dalam satu musim panen hanya delapan kali petik, di lahan pasir bisa dua kali lipatnya. Sekitar 15 sampai 20 kali petik,” kata Tukijo.

Mempunyai lahan seluas kurang lebih 2.600 meter persegi, Tukijo menyebut saat puncak musim panen bisa menghasilkan 1 ton cabai. Dalam setahun, untuk tanaman cabai bisa mencapai dua kali musim panen. Saat harga sedang tinggi, harga cabai merah bisa mencapai Rp30 ribu per kilogramnya, sedangkan untuk cabai keriting bisa menembus harga hingga Rp90 ribu setiap kilogramnya. “Cabai di sini (pesisir pantai Kulonprogo) dianggap kualitasnya bagus. Enggak cepat busuk,” tutur Tukijo.

Meningkatkan Produktivitas Pertanian di Lahan Rawa

Keterbatasan lahan produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan marjinal. Lahan gambut merupakan salah satu jenis lahan marjinal yang dipilih, terutama oleh perkebunan besar, karena relatif lebih jarang penduduknya sehingga kemungkinan konflik tata guna lahan relatif kecil. Sebab itu, penyuluh dan petani diajak untuk memanfaatkan lahan tersebut karena memiliki potensi dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan lahan rawa yang tersebar di Indonesia sebagian besar mempunyai potensi untuk pengembangan komoditas pertanian.

“Lahan rawa Indonesia luas, sebagian besar potensi untuk lahan pertanian, namun harus hati-hati harus dicari komoditas yang cocok untuk di lahan rawa”, ujar Mentan.

Diketahui Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Namun karena variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya, tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal pertanian. Dari 18,3 juta ha lahan gambut di pulau-pulau utama Indonesia, hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi menjelaskan bahwa gambut merupakan termasuk lahan yang potensial, terutama yang ada di Sumatera, Kalimantan dan Papua.

“Lahan tersebut harus dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. Indonesia memiliki banyak tanah gambut, maka harus dikelola dengan baik agar dapat menghasilkan produksi pertanian yang maksimal. Selain itu, penyuluh pertanian dan petani milenial harus tahu bagaimana mengelola lahan gambut yang bijak, karena kalau sampai salah bukannya menguntungkan tapi malah merugikan” terang Dedi.

Pupuk Bio Salin, Cocok untuk Lahan Pesisir Pantai dan Rawa

Bercocok tanam di lahan pesisir maupun lahan rawa tak lepas dari upaya untuk merawat tanaman dengan lebih telaten. Selain penyiraman, pupuk yang bagus juga sangat dibutuhkan agar tanaman bisa tumbuh dengan subur dan saat dipanen hasilnya bisa maksimal.

Salah satu pupuk berkualitas yang cocok digunakan di lahan pesisir maupun lahan rawa adalah pupuk hayati Bio Salin. Pupuk produksi PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) ini merupakan pupuk hayati dengan bahan aktif bakteri Pseudomonas sp. yang diaplikasikan untuk seed treatment dan dapat digunakan pada semua benih tanaman. 

Bio Salin diformulasikan khusus untuk membantu tanaman dalam menghadapi cekaman kadar garam tinggi (salin), seperti di wilayah pesisir pantai dan di lahan tergenang (rawa). Bio Salin berbentuk powder, berwarna coklat kehitaman dan memiliki variasi kemasan 100 gr, 250 gr dan 500 gr. Pupuk iin diaplikasikan dengan dosis 500 gr untuk kebutuhan benih 1 hektar.

Lalu, apa sebenarnya manfaat pupuk hayati Bio Salin? Berikut ini adalah manfaat pupuk hayati Bio Salin produksi PKT.

  1. Menambat Nitrogen dan melarutkan fosfat (P).
  2. Menghasilkan enzim untuk membantu tanaman adaptasi menghadapi salinitas atau kadar garam tinggi.
  3. Meningkatkan produktivitas tanaman.
  4. Membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara fosfat (P).
  5. Mudah aplikasinya, sebagai seed treatment.
  6. Terbukti efektif membantu tanaman adaptif dalam kondisi kadar garam tinggi.
  7. Dosis aplikasi relative kecil.

Penulis: Tyo

Topik
Artikel Terbaru