Mengenal Sejarah Hari Gizi Nasional yang Diperingati Setiap 25 Januari
Hari Gizi Nasional adalah peringatan tahunan yang diselenggarakan setiap tanggal 25 Januari di Indonesia. Ini merupakan momen penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan kesehatan.
Jika mengulik historinya, sejarah Hari Gizi Nasional di Indonesia dimulainya dengan pengkaderan tenaga gizi Indonesia pada tanggal 25 Januari 1951. Pada saat itu, Sekolah Juru Penerang Makanan didirikan oleh Lembaga Makanan Rakyat (LMR) untuk membentuk kader-kader gizi dan bisa turun langsung ke masyarakat.
Pada masa itu, gizi dan kesehatan masyarakat masih menjadi perhatian utama pemerintah. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, merasa perlu untuk memiliki suatu momentum khusus yang dapat digunakan sebagai sarana edukasi mengenai gizi.
Pada tanggal 25 Januari 1964, pemerintah Indonesia meresmikan Hari Gizi Nasional sebagai bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemilihan tanggal tersebut tidak semata-mata kebetulan, melainkan dipilih karena pada bulan Januari banyak hasil panen yang bisa menjadi sumber gizi bagi masyarakat. Oleh karena itu, momentum ini dianggap tepat untuk mengingatkan pentingnya gizi dalam kehidupan sehari-hari.
Pada perkembangannya, Hari Gizi Nasional tidak hanya menjadi peringatan semata, tetapi juga menjadi ajang untuk mengevaluasi dan meningkatkan program-program gizi yang telah ada. Pada setiap peringatannya, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya gizi seimbang.
Pengingat keberlangsungan pertumbuhan masyarakat Indonesia
Hari Gizi di Indonesia bukan hanya sekadar momen untuk menyajikan informasi tentang jenis makanan yang sehat. Namun lebih dari itu, Hari Gizi menjadi pengingat akan keberlangsungan pertumbuhan masyarakat Indonesia. Hari Gizi menjadi sarana untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat, edukasi gizi, dan perubahan perilaku konsumsi makanan.
Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci utama dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan di Indonesia. Hari Gizi menjadi saat yang tepat untuk menggalang partisipasi aktif masyarakat dalam upaya meningkatkan pemahaman mereka akan pentingnya gizi seimbang. Pendidikan gizi yang diberikan pada Hari Gizi tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga bersifat transformatif, memberdayakan masyarakat untuk membuat pilihan makanan yang lebih sehat.
Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, lokakarya, dan program edukasi lainnya yang diselenggarakan pada Hari Gizi, masyarakat dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang gizi dan dampaknya terhadap kesehatan. Pemberdayaan masyarakat ini penting karena masyarakat yang memiliki pemahaman yang baik tentang gizi dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri dan keluarga mereka.
Pentingnya pemenuhan gizi seimbang
Gizi adalah asupan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsi vitalnya. Gizi seimbang adalah keadaan di mana tubuh mendapatkan semua zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah dan proporsi yang tepat. Gizi seimbang sangat penting untuk kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan manusia. Tanpa gizi seimbang, tubuh akan mengalami gangguan-gangguan yang dapat berdampak buruk pada kualitas hidup.
Ada beberapa alasan mengapa pemenuhan gizi seimbang sangat penting, di antaranya adalah:
1. Meningkatkan fungsi tubuh
Gizi seimbang dapat memastikan bahwa semua organ dan sistem tubuh berjalan dengan baik. Misalnya, yodium dapat mencegah penyakit gondok dan menjaga fungsi kelenjar tiroid, vitamin A dapat menjaga penglihatan dan daya tahan tubuh, zat besi dapat membantu pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia, dan energi dan protein dapat menopang aktivitas dan membentuk jaringan tubuh.
2. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental
Gizi seimbang dapat membantu tubuh untuk melawan penyakit dan infeksi, mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes, jantung, dan kanker, serta meningkatkan kesehatan mental seperti mood, konsentrasi, dan ingatan. Gizi seimbang juga dapat menjaga berat badan ideal dan mencegah obesitas yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
3. Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak
Gizi seimbang sangat dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Gizi seimbang dapat mendukung perkembangan otak, tulang, otot, dan organ lainnya, serta meningkatkan kecerdasan dan prestasi belajar anak. Gizi seimbang juga dapat mencegah stunting atau gagal tumbuh yang dapat menghambat potensi anak.
4. Meningkatkan kualitas hidup
Gizi seimbang dapat memberikan dampak positif pada kualitas hidup seseorang. Dengan gizi seimbang, seseorang dapat merasa lebih sehat, bugar, bahagia, dan produktif dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Gizi seimbang juga dapat meningkatkan rasa percaya diri, kemandirian, dan kesejahteraan seseorang.
5. Meningkatkan keseimbangan ekosistem
Gizi seimbang tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi juga bagi lingkungan. Dengan gizi seimbang, seseorang dapat mengurangi konsumsi makanan yang berlebihan, tidak sehat, atau tidak ramah lingkungan. Gizi seimbang juga dapat mendorong seseorang untuk memilih makanan yang berasal dari sumber yang berkelanjutan, alami, dan organik. Hal ini dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Dapat disimpulkan bahwa pemenuhan gizi seimbang sangat penting bagi kesehatan, pertumbuhan, perkembangan, dan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk memenuhi gizi seimbang dengan cara mengonsumsi makanan yang bervariasi, bergizi, dan sehat, serta menghindari makanan yang kurang bergizi, berbahaya, atau berlebihan. Selain itu, kita juga harus menjaga pola hidup yang sehat, seperti berolahraga, istirahat yang cukup, dan menghindari stres. Sehingga kita dapat merasakan manfaat dari gizi seimbang dan hidup lebih sehat dan berkualitas.
Stunting masalah serius di Indonesia
Stunting adalah kondisi kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek pada anak balita (di bawah 5 tahun). Stunting disebabkan oleh kekurangan asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang meliputi masa kehamilan dan 2 tahun pertama kehidupan anak. Selain faktor gizi, stunting juga dipengaruhi oleh faktor kesehatan, lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Stunting adalah masalah serius yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%. Artinya, sekitar satu dari empat anak balita (lebih dari delapan juta anak) di Indonesia mengalami stunting. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi teratas angka stunting terparah di Asia Tenggara, dan di atas rata-rata dunia yang sebesar 21,3%. Angka ini juga jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs) yang sebesar 14% pada tahun 2025.
Stunting memiliki dampak yang sangat merugikan bagi anak dan bangsa. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas. Stunting juga berdampak pada kesehatan ekonomi, karena dapat menurunkan produktivitas dan pendapatan individu, serta mengurangi pertumbuhan ekonomi nasional. Stunting juga dapat mengancam kesejahteraan sosial, karena dapat menimbulkan ketimpangan, diskriminasi, dan konflik.
Mencegah stunting
Hari Gizi Nasional diperingati setiap tahun pada tanggal 25 Januari. Hari ini bertujuan untuk memperingati pengkaderan tenaga gizi Indonesia sejak tahun 1951. Sejak saat itu, pendidikan tenaga gizi menjadi berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu, Hari Gizi Nasional juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang bagi kesehatan dan kualitas hidup.
Salah satu masalah gizi yang masih menjadi tantangan di Indonesia adalah stunting. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang, yang ditandai dengan tinggi anak yang lebih pendek daripada standar usianya. Stunting bisa disebabkan oleh malnutrisi yang dialami ibu saat hamil, atau anak pada masa pertumbuhannya. Stunting juga bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti infeksi, genetik, lingkungan, dan sosial-ekonomi.
Stunting bukanlah masalah yang sepele, karena memiliki dampak yang serius bagi anak dan bangsa. Anak yang stunting berisiko mengalami gangguan kognitif, motorik, imunitas, dan metabolisme. Hal ini dapat menghambat perkembangan potensi dan prestasi anak di masa depan. Selain itu, stunting juga berdampak pada kesehatan ekonomi, karena dapat menurunkan produktivitas dan pendapatan individu, serta mengurangi pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh karena itu, stunting harus dicegah dan ditangani sejak dini. Upaya pencegahan dan penanganan stunting harus melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, keluarga, hingga individu.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
1. Memberikan asupan gizi yang adekuat bagi ibu hamil dan menyusui, serta anak usia 0-23 bulan. Periode ini merupakan periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang sangat krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan gizi yang adekuat meliputi pemberian ASI eksklusif, MPASI yang bervariasi dan bergizi, serta suplemen zat besi, asam folat, dan yodium bagi ibu hamil dan menyusui.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu hamil dan anak, serta memberikan imunisasi yang lengkap. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan mendeteksi adanya penyakit atau infeksi yang dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan pertumbuhan anak, seperti anemia, TBC, cacingan, atau alergi susu sapi.
3. Meningkatkan kualitas lingkungan dan sanitasi, serta mengedukasi masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini penting untuk mencegah penularan penyakit yang dapat menyebabkan diare, dehidrasi, dan malnutrisi. Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat juga meliputi pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah, penggunaan air bersih, dan cuci tangan pakai sabun.
4. Meningkatkan akses dan ketersediaan pangan yang sehat, bergizi, dan berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan pertanian lokal, diversifikasi pangan, dan pemanfaatan bahan pangan lokal yang kaya gizi, terutama protein hewani. Selain itu, perlu juga mengurangi konsumsi makanan yang tidak sehat, seperti makanan cepat saji, makanan olahan, atau makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak berlebih.
5. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi, edukasi, advokasi, dan konseling tentang pentingnya gizi seimbang bagi ibu hamil, menyusui, dan anak. Selain itu, perlu juga menggalang kerjasama dan sinergi antara pemerintah, swasta, LSM, media, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat sendiri dalam mengatasi masalah stunting.
Sejarah HGN: memperingati gizi masyarakat sejak tahun 1950
Gizi adalah asupan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsi vitalnya. Gizi seimbang adalah keadaan di mana tubuh mendapatkan semua zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah dan proporsi yang tepat. Gizi seimbang sangat penting untuk kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan manusia. Tanpa gizi seimbang, tubuh akan mengalami gangguan-gangguan yang dapat berdampak buruk pada kualitas hidup.
Untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang, Indonesia telah menetapkan tanggal 25 Januari sebagai Hari Gizi Nasional (HGN). HGN merupakan peringatan yang diambil berdasarkan tanggal dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia pada tanggal 25 Januari 1951.
Sejarah HGN tidak terlepas dari peran Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poorwo Soedarmo, yang merupakan tokoh utama dalam pengembangan ilmu dan praktik gizi di Indonesia.
Prof. Poorwo Soedarmo lahir pada tanggal 1 Januari 1903 di Surakarta, Jawa Tengah. Ia menempuh pendidikan kedokteran di STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) di Jakarta, lalu melanjutkan studinya di Belanda dan Jerman. Ia menjadi dokter pertama yang mengambil spesialisasi gizi di Indonesia. Ia juga menjadi guru besar pertama bidang gizi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada tahun 1950, Prof. Poorwo Soedarmo diangkat oleh Menteri Kesehatan Dr. J. Leimena sebagai Kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR), yang merupakan lembaga yang bertugas menangani masalah gizi masyarakat. Pada tahun 1951, ia mendirikan Sekolah Juru Penerang Makanan, yang merupakan lembaga pendidikan tenaga gizi pertama di Indonesia. Sekolah ini kemudian berkembang menjadi Akademi Gizi, yang kini menjadi bagian dari Universitas Gadjah Mada.
Prof. Poorwo Soedarmo juga berperan aktif dalam berbagai organisasi gizi nasional dan internasional. Ia menjadi anggota pendiri Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PAGI) pada tahun 1957, yang merupakan organisasi profesi gizi tertua di Indonesia. Ia juga menjadi anggota pendiri Federasi Ahli Gizi Asia (FAGA) pada tahun 1960, yang merupakan organisasi gizi regional pertama di dunia. Ia juga menjadi anggota International Union of Nutritional Sciences (IUNS) dan World Health Organization (WHO).
Prof. Poorwo Soedarmo meninggal dunia pada tanggal 6 Januari 1984 di Jakarta. Ia meninggalkan warisan berharga berupa ilmu dan pengabdian di bidang gizi. Ia diakui sebagai Bapak Gizi Indonesia dan penerima penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden Soeharto pada tahun 1984. Ia juga diabadikan sebagai nama jalan, gedung, dan laboratorium di berbagai kota di Indonesia⁵
HGN merupakan salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan kepada jasa-jasa Prof. Poorwo Soedarmo dan para tenaga gizi Indonesia lainnya yang telah berkontribusi dalam perbaikan gizi masyarakat. HGN juga merupakan momentum untuk mengkampanyekan pentingnya gizi seimbang bagi kesehatan dan kualitas hidup. HGN juga merupakan ajang untuk menggalang kerjasama dan sinergi antara pemerintah, swasta, masyarakat, dan berbagai pihak terkait dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi di Indonesia.
Setiap tahun, HGN mengusung tema yang berbeda-beda sesuai dengan isu-isu gizi yang relevan dan aktual. Hari Gizi Nasional ke-64 Tahun 2024 mengusung tema “MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting” dengan slogan “MP-ASI Berkualitas untuk Generasi Emas”. Pemilihan tema ini diambil mengingat stunting masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di Indonesia. Salah satu upaya untuk mencegah stunting yakni dengan kualitas makanan dan minuman yang masuk ke tubuh anak sejak mereka makan Mpasi. Oleh karena itu topik tersebut diambil sebagai tema Hari Gizi Nasional 2024.