Free cookie consent management tool by TermsFeedMenuju Indonesia Net Zero Emission, Ini dia Roadmap Pupuk Indonesia - Demfarm
logo-demfarm

Menuju Indonesia Net Zero Emission, Ini dia Roadmap Pupuk Indonesia

·

Net zero emissions atau nol emisi karbon adalah kondisi dimana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi. Untuk mencapainya diperlukan sebuah transisi dari sistem energi yang digunakan sekarang ke sistem energi bersih guna mencapai kondisi seimbang antara aktivitas manusia dengan keseimbangan alam.

Program NZE menjadi istilah populer setelah diadakannya Paris Climate Agreement tahun 2015. Program tersebut bertujuan untuk menekan pencemaran lingkungan yang berpotensi mengakibatkan pemanasan global atau emisi gas rumah kaca.

Dalam skenario Net-Zero Emission, Indonesia harus mengambil berbagai langkah besar pada bidang-bidang strategis. Di sektor energi misalnya, Pemerintah perlu mendorong 3 kebijakan utama: pengembangan energi baru terbarukan, melakukan dekarbonisasi pasokan energi melalui kombinasi EBT dan elektrifikasi energi bersih, serta penyesuaian insentif fiskal seperti penghentian subsidi bahan bakar fosil dan penetapan carbon pricing secara bertahap. 

Roadmap Pupuk Indonesia

Kegentingan untuk segera menurunkan emisi gas rumah kaca juga menjadi fokus bagi perusahaan petrokimia, termasuk industri pupuk untuk melakukan transformasi ke industri hijau sebagai adaptasi perubahan iklim. Transformasi menjadi industri hijau mengedepankan penggunaan energi ramah lingkungan terbarukan dalam proses produksinya dan masuk ke dalam roadmap perusahaan.

Salah satu perusahaan pupuk yang memiliki komitmen dalam mendukung net zero emission adalah PT Pupuk Indonesia (Persero). Bahkan perusahaan BUMN ini telah resmi meluncurkan Roadmap Riset Klaster Pupuk 2022-2031. Peta jalan ini diharapkan bisa mendukung industri pertanian berkelanjutan guna menjaga harga bahan pangan, sekaligus menjawab tantangan tren mata rantai agrifood melalui kontribusi Riset & Development (R&D).

Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia, Nugroho Christijanto mengatakan, ketersediaan dan keterjangkauan dalam penyediaan pangan saat ini menuntut adanya sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Oleh karena itu, peluncuran Roadmap Riset Klaster Pupuk 2022-2031 yang dikolaborasikan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mampu berkontribusi dalam menjawab distrupsi tren mata rantai agrifood.

“Prinsip pertanian keberlanjutan, berarti kita memenuhi kebutuhan pangan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Karenanya pertanian yang berkelanjutan bersandar pada tiga pilar, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan,” terangnya.

Selain tiga pilar pertanian berkelanjutan, Nugroho mengungkapkan, riset, teknologi, dan inovasi terkait nutrisi tanaman memiliki peran penting dalam mendukung pertanian berkelanjutan.

“Saat ini, Pupuk Indonesia menetapkan 4 fokus riset utama dalam roadmap 10 tahun ke depan terkait precision agriculture, enhanced efficiency fertilizer, biofertilizer, dan sustainable industry,” bebernya.

Selain meluncurkan Roadmap Riset Klaster Pupuk 2022-2031, Pupuk Indonesia juga terus berusaha meningkatkan efisiensi konsumsi energi hingga pemanfaatan energi baru dan terbarukan dengan menerapkan peta jalan atau roadmap penurunan emisi CO2 atau dekarbonisasi yang sudah dirancang hingga tahun 2050 mendatang. 

Dalam roadmap ini, Pupuk Indonesia juga berencana memproduksi sumber energi ramah lingkungan berupa green ammonia dan blue ammonia. Hal ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon yang berdampak terhadap perubahan iklim dunia.

Upaya tersebut juga merupakan bentuk dukungan perusahaan terhadap program penurunan emisi atau net zero emission pemerintah yang ditargetkan tercapai pada tahun 2060. 

SVP Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana mengatakan Pupuk Indonesia ke depan akan semakin gencar dalam penurunan emisi. Hal ini diantaranya dengan penggunaan energi baru dan terbarukan, hingga pemanfaatan teknologi baru untuk menghasilkan produk-produk ramah lingkungan. 

“Upaya yang telah dilakukan saat ini diantaranya adalah menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan BUMN dan swasta untuk mengembangkan green ammonia dan blue ammonia, yaitu bahan baku pupuk masa depan yang lebih ramah lingkungan,” kata Wijaya.

Pengembangan Blue dan Green Ammonia

PT Pupuk Indonesia (Persero) tengah mempersiapkan diri menjadi pemain utama sebagai produsen blue ammonia dan green ammonia di Asia sebagai bagian dari komitmen BUMN mendorong transisi energi dan mengurangi emisi karbon.

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Achmad Bakir Pasaman mengatakan pengembangan blue dan green ammonia telah termaktub dalam roadmap dekarbonisasi Pupuk Indonesia yang terbagi dalam tiga tahap, meliputi jangka pendek (2023-2030), jangka menengah (2030-2040), hingga jangka panjang (2040-2050).

Untuk prosesnya sendiri, Achmad mengungkapkan bahwa pada green ammonia yang memproduksi langsung dari sumber terbarukan dan nitrogen dari udara, masih dalam tahap pengajuan dana berdasarkan FS yang sudah diselesaikan bersama Toyo Engineering.

“Jadi nanti pendanaan dari Ministry of Economy, Trade & Industry (METI) Jepang, implementasi akan dilakukan di Green Cluster Lhokseumawe. Mudah-mudahan kita segera bangun pilot plan, kita akan buat suatu eksperimen biaya termurah hasilkan nitrogen,” ujar Bakir.

Bakir mengungkapkan untuk pengembangan blue ammonia nantinya akan menyasar pasar internasional lewat kerja sama dengan perusahaan Jepang. Pasalnya, Jepang menjadi pasar potensial dari pengembangan energi ramah lingkungan yang dilakukan oleh pihaknya. 

“Karena perusahaan Jepang punya komitmen kuat untuk membeli blue ammonia. Di dalam roadmap-nya Pemerintah Jepang ada rencana tahun 2030 harus membeli 3 juta ton (blue ammonia), biasanya kalau Jepang ini konsisten,” jelas Bakir.Bakir menilai potensi kebutuhan blue ammonia Jepang ini akan diperebutkan oleh seluruh produsen amonia di dunia. Sehingga berbagai pihak di seluruh dunia mulai melirik potensi produksi blue maupun green ammonia. Untuk itu, pihaknya menegaskan diri siap memanfaatkan kesempatan ini dengan gerak cepat merebut peluang tersebut.

“Tentunya Pupuk Indonesia sebagai lead (market) di sektor amonia jangan ketinggalan, kalau 2030 kan masih ada 7-8 tahun lagi minimal pabrik blue ammonia harus ada 1 dibangun di RI,” tegasnya.

Topik
Artikel Terbaru