Free cookie consent management tool by TermsFeedOptimalkan Pemanfaatan Sampah Sebagai Pupuk Organik untuk Lingkungan yang Lebih Berkelanjutan - Demfarm
logo-demfarm

Optimalkan Pemanfaatan Sampah Sebagai Pupuk Organik untuk Lingkungan yang Lebih Berkelanjutan

·
<p>sampah organik</p>

sampah organik

(Istimewa)

Volume sampah di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah pada tahun 2020. Angka ini naik menjadi 68,5 juta ton pada tahun 2021 dan 70 ton pada tahun lalu.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 17 persen atau 11,6 juta ton disumbang oleh sampah plastik. Ironisnya lagi, masih ada 24 persen atau sekitar 16 juta ton sampah yang tidak dikelola. Ini tentu menjadi permasalahan serius bagi masyarakat Indonesia. 

Permasalahan sampah ini mendapat sorotan dari anggota Komisi IV DPR RI Suhardi Duka. Politisi Partai Demokrat ini mendesak Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

“Data tahun 2021, volume sampah di Indonesia 68,5 juta ton dan 2022 naik sampai 70 juta ton. Ada 24 persen atau sekitar 16 juta ton sampah yang masih belum dikelola sampai saat ini oleh Ditjen PSLB3. Maka, Ditjen PSLB3 perlu memiliki langkah-langkah yang terukur untuk mengurangi sampah yang tidak tertangani ini. Tercatat, hanya 7 persen yang terdaur ulang dan 69 persen yang masuk di TPA. Dibanding Malaysia dan Singapura, Indonesia masih terlalu tinggi, 16 juta ton sampah kita belum terkelola dengan baik,” ujar Suhardi. 

Pembuangan sampah dan limbah yang sembarangan hingga pengelolaan sampah yang tidak tepat menjadi penyebab terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari air, udara, dan tanah. Selain merusak lingkungan, pencemaran akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan kita dengan timbulnya berbagai penyakit.

Pencemaran lingkungan tak hanya berdampak bagi manusia, tetapi juga makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Pencemaran sampah di laut membuat banyak hewan laut menderita bahkan berujung kematian dengan rusaknya habitat. Banyak peristiwa hewan laut dari paus hingga penyu yang mati akibat terkontaminasi sampah seperti sampah plastik yang termakan oleh mereka. Sampah kita membunuh mereka.

Sampah JUGA menjadi penyebab banjir dengan adanya penumpukan sampah di dasar sungai yang mengakibatkan permukaan sungai meninggi sehingga luapannya akan memasuki pemukiman penduduk saat diguyur hujan. Selain itu, tumpukan sampah yang menutupi aliran air juga menjadikan sampah sebagai penyebab banjir. Berbagai dampak banjir pun kita rasakan baik dari kerugian material hingga munculnya berbagai penyakit.

Selain banjir, longsor sampah dapat terjadi akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik. Longsor sampah bisa terjadi akibat timbunan sampah yang menggunung seperti tumpukan sampah yang terdapat pada lokasi Tempat Pemrosesan Sampah (TPA). Peristiwa longsor pernah terjadi di TPA Leuwigajah pada 2005, akumulasi gas metan dari tumpukan sampah meledak dengan keras diikuti longsor sampah yang menewaskan banyak korban jiwa dan menghapus dua desa dari peta.

Pemanfaatan Sampah Sebagai Pupuk Organik

Sampah sebenarnya bisa bermanfaat saat dimanfaatkan dengan baik. Bahkan sampah ini bisa menjadi pupuk berkualitas. 

Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos. Pupuk ini dibuat dari bahan-bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik tersebut.

Bahan organik yang dimaksud pada pengertian kompos adalah rumput, Jerami, sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, bunga yang rontok, air kencing hewan ternak, serta bahan organik lainnya. Semua bahan organik tersebut akan mengalami pelapukan akibat mikroorganisme yang tumbuh subur pada lingkungan lembab dan basah.

Pada dasarnya, proses pelapukan ini merupakan proses alami yang biasa terjadi di alam. Namu, proses pelapukan alami ini berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama, bahkan bisa mencapai puluhan tahun. Untuk mempersingkat proses pelapukan, diperlukan adanya bantuan dari manusia. Jika pengomposan dilakukan dengan benar, prosesnya hanya berlangsung 1-3 bulan saja.

Kompos juga berguna untuk meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, sehingga dapat menyimpan air tanah lebih lama. Ketersediaan air di dalam tanah dapat mencegah lapisan kering pada tanah. Penggunaan kompos bermanfaat untuk menjaga Kesehatan akar serta membuat akar tanaman mudah tumbuh.

Saat ini sudah banyak masyarakat yang mulai beralih menggunakan pupuk organic, salah satunya kompos. Pasalnya, kompos menggunakan bahan organic yang sudah dianggap sebagai sampah. Harganya pun relative murah.

Pengelolaan sampah menjadi pupuk organic ini selaras dengan tema Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh pada 21 Februari nanti. HPSN ini merupakan konstelasi perjalanan Panjang sistem pengelolaan sampah di Indonesia. 

Peristiwa pada masa lampau di TPA Leuwigajah, tidak hanya berimplikasi pada shifting perhatian dan fokus ke pengelolaan sampah terintegrasi, namun dampak yang lebih besar terjadi terhadap lingkungan dan ekosistem kehidupan global yaitu perubahan iklim.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Kementerian LHK, Rosa Vivien Ratnawati, menyampaikan bahwa tema peringatan HPSN tahun 2023 ini adalah “Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat”. 

Menurut Vivien, dalam tema ini pihaknya berupaya menuntaskan persoalan sampah sesuai target pada tahun 2025, melalui Kebijakan Strategis Nasional Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017, yaitu penanganan sampah 70%, pengurangan sampah 30%. 

“Tahun 2023 ini, menjelang 2025 kita harapkan sudah siap untuk menuntaskan persoalan sampah dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, dengan potensi nilai ekonomi yang dimiliki oleh sampah,” ungkap Vivien. (Tyo)

Topik
Artikel Terbaru