Peluang Usaha Budidaya Cabai: Kisah Sukses Penerus Petani Muda Indonesia, Alumni UGM Pulung Widi Handoko
Sektor pertanian merupakan sektor strategis. Eksistensinya memberikan pengaruh bagi kehidupan manusia. Namun saat ini, sektor pertanian dihadapkan pada berbagai tantangan seperti upaya mengoptimalkan fungsi lingkungan, ditambah dengan maksimalisasi sumberdaya manusia pertanian selaku aktor pelaku usaha tani.
Selain itu, generasi petani semakin berkurang, baik karena faktor usia serta semakin menyempitnya luas lahan usaha tani akibat alih fungsi lahan ke sektor lain. Oleh sebab itu Pemerintah berupaya mengentaskan masalah lahan pertanian dengan menetapkan lahan pangan abadi; serta regenerasi petani melalui penumbuhan petani millenial.
Hal ini diharapkan menjadi solusi terhadap minat generasi muda pada bidang pertanian yang cenderung mengalami penurunan dan lebih banyak dari mereka yang ingin bekerja di kota, baik di sektor industri, jasa, dan lainnya.
Meningkatkan Minat Generasi Muda
Mendorong generasi muda agar berminat kepada sektor pertanian sangat penting, dengan memberikan stimulus berupa pendidikan dan pelatihan vokasi bidang pertanian, fasilitasi pembelajaran melalui demplot tentang teknik budidaya dan pasca panen, pengawalan akses KUR, pengukuhan Duta Petani Milenial dan/atau Petani Andalan, Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP), penguatan korporasi petani.
Kegiatan ini diharapkan mampu menumbuhkan petani muda menjadi pengusaha pertanian milenial yang tangguh. Generasi milenial sangat akrab dengan teknologi modern, khususnya teknologi komunikasi dan informasi, demikian juga halnya media sosial. Generasi milenial yang tanggap dan adaptif terhadap kemajuan teknologi dan memiliki daya kreativitas tinggi, menjadikan peluang untuk menjadi wirausahawan muda di bidang pertanian semakin terbuka lebar.
Usia Petani Milenial
Petani milenial adalah petani yang berusia sekitar 19 hingga 39 tahun. Generasi petani milenial ini diyakini dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat, khususnya di pedesaan yang basis sektor pertanian. Generasi millennial ini pada umumnya ditandai dengan adanya peningkatan penggunaan serta keakraban dengan berbagai bentuk komunikasi, media, juga teknologi digital.
Generasi zaman sekarang inilah yang ingin diberdayakan oleh Pemerintah kita, dan diarahkan untuk kemajuan pembangunan pertanian, khususnya di desa. Jadi diharapkan, generasi muda sekarang atau disebut generasi milenial ini dapat mengoptimalkan pengetahuannya dalam pemanfaatan bidang telekomunikasi dan informatika terapan untuk memajukan sektor pertanian. Dengan kata lain bahwa memberdayakan generasi millennial untuk cinta pertanian di desa, berarti mengembangkan potensi diri generasi muda.
Dukungan PKT untuk Petani Muda
PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) sebagai pelaku industri pupuk dan petrokimia yang turut menjadi penopang sektor pertanian turut melihat pentingnya upaya regenerasi talenta muda dalam sektor pertanian.
Senior Executive Vice President (SEVP) Komersial PKT mengatakan PKT secara aktif turut mendorong dan memfasilitasi talenta muda di bidang pertanian untuk berinovasi, berkarir, dan berkarya. Salah satunya melalui rangkaian program pembinaan petani muda yang telah dicanangkan perusahaan seperti program PKT Menyapa Petani dan program Makmur yang mengutamakan kolaborasi kemitraan antara berbagai pihak seperti petani, instansi keuangan, instansi pemerintahan, hingga korporasi untuk membentuk ekosistem kondusif bagi petani.
“Keberadaan talenta-talenta muda milenial dalam sektor pertanian patut terus didukung, dibina, dan difasilitasi demi menciptakan industri pertanian yang lebih maju dan modern. Tentu dalam prosesnya akan terdapat berbagai tantangan, namun untuk mengatasinya diperlukan kolaborasi yang baik dari berbagai pihak termasuk pemerintah, pelaku industri, dan talenta muda itu sendiri guna memaksimalkan potensi dari talenta yang tersedia dan menjaga ketahanan pangan di Indonesia.
Pria Jebolan UGM Terjun Sebagai Petani
Peluang usaha budidaya cabai bisa membuat siapa saja terpikat. Alumni Universitas Gadjah Mada, Pulung Widi Handoko bahkan tak malu menyebut dirinya penerus petani cabai.
“Salah satu ketertarikan saya pada pertanian karena saya ingin menjadi penerus petani di Indonesia,” ujar pemuda asal Magelang, Jawa Tengah yang mengaku bangga menjadi petani muda Indonesia ini.
Lulusan Fakultas Pertanian UGM Angkatan 2014 ini nyatanya sudah cukup akrab dengan dunia pertanian. Hidup di keluarga yang bergelut dalam dunia pertanian membuat darah pertanian pada diri beliau telah melekat sejak usia dini.
Bahkan Pulung harus melalui masa SMA yang berbeda dengan anak-anak remaja seusianya. Di saat teman-temannya asyik nongkrong dan berkumpul, ia justru memilih untuk terjun mengelola lahan pertanian.
Kebiasaan tersebut berlanjut saat dirinya memasuki jenjang kuliah. Hampir setiap Pulung pergi-pulang dari Magelang-Jogja untuk memastikan lahan yang ia kelola dapat optimal. Rutinitas menggarap lahan pertanian berlanjut sampai dirinya lulus kuliah.
Sudah Punya Puluhan Karyawan
Untuk membantu usahanya ini, Pulung mempekerjakan 50 karyawan. Penanaman tidak dilakukan secara bersamaan, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diharapkan seperti fluktuasi harga, kegagalan budidaya ataupun pembengkakan modal.
“Perbedaan waktu tanam dan pemilihan komoditas itu sangat berdampak pada perputaran ekonominya, karena bisa dipastikan setiap hari akan memperoleh hasil panen,”sebutnya.
Untuk lahan sekitar 2 hektar yang berlokasi di kawasan Kecamatan Sawangan, Magelang saja sudah dapat menghasilkan sekitar 900 kg cabe rawit untuk setiap kali petik. Harga yang dirinya dapatkan pun cukup fantastis, yaitu diangka Rp. 80.000 per kg dan tanaman telah memasuki petikan yang ke-20. Dengan demikian, omset yang ia dapatkan mencapai Rp72 juta dalam sekali pemetikan.
Rahasia Sukses Pulung
Lalu, apa rahasia sukses Pulung? Pulung memiliki modal ilmu pertanian yang diperoleh semasa duduk di bangku kuliah. Berbagai teknologi diterapkan untuk menghasilkan produksi yang maksimal dengan pengeluaran minimal.
Ia juga memilih varietas cabai ORI 212 dengan jarak antar lubang tanam adalah 43x45 cm. Pemilihan varietas dan jarak tanam disesuaikan dengan musim yang ada.
“Varietas ini karena vigor tanamannya baik, daun atas kecil, kulit buah tebal dan buah arahnya ke atas. Ini juga yang jadi pertimbangan untuk panen saat musim hujan, karena dengan begitu tanaman akan lebih tahan terhadap pathogen penyakit dan penyemprotan menjadi lebih efektif,” jelasnya.
Insektisida dan fungisida selama fase vegetatif disesuaikan dengan kendala yang ada. Seperti penggunaan abamectin dan piridaben untuk jenis kutu-kutuan.
Pesan Pulung untuk Petani Muda
Pulung berpesan, ketika menghadapi musim hujan penggunaan pupuk mengandung unsur nitrogen sebisa mungkin ditekan menjadi seminimal mungkin. Pasalnya air hujan sudah mengandung nitrogen.
“Pemberian secara berlebih membuat tanaman tumbuh lebih cepat, kurang seimbang dan sekulen (rentan terkena penyakit). Selain itu, apabila nitrogen diaplikasikan di tanah, dapat meningkatkan derajat keasamaan tanah sehingga pathogen penyakit lebih cepat berkembang,” tutupnya. (Tyo)