Free cookie consent management tool by TermsFeedPenggunaan Pupuk Berkualitas untuk Regenerasi Pendapatan Petani - Demfarm
logo-demfarm

Penggunaan Pupuk Berkualitas untuk Regenerasi Pendapatan Petani

·
<p>Penggunaan Pupuk Berkualitas Untuk Regenerasi Pendapatan Petani</p>

Penggunaan Pupuk Berkualitas Untuk Regenerasi Pendapatan Petani

(Istimewa)

Pandemi COVID-19 telah membuat sejumlah sektor mengalami kontraksi atau penurunan pertumbuhan. Namun, situasi ini tidak berlaku bagi sektor pertanian.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian pada triwulan IV tahun 2020 justru mampu tumbuh sebesar 2,59% secara year on year (yoy). Selain itu, nilai ekspor kumulatif dari sektor ini pada tahun 2020 melonjak menjadi Rp451,8 trilun dari sebelumnya Rp390,2 triliun atau naik 15,79% dibandingkan tahun 2019.

Bahkan di masa pandemi COVID-19, sektor pertanian mampu menyerap 38,2 juta tenaga kerja atau 29,7% dari total penduduk Indonesia yang bekerja. Jumlah ini meningkat 2,32% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sayangnya statistik positif tersebut tidak dirasakan oleh sebagian petani di lapangan. Para petani di sejumlah wilayah justru mengalami kerugian akibat anjloknya harga saat memasuki musim panen.

Sebagai contoh, para petani di kubis di Desa Buluharjo, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magelang, Jawa Timur merugi karena saat panen, harga kubis di tingkat petani hanya berkisar Rp1.000 hingga Rp2.000 perkilogram. Padahal harga sebelumnya berada pada kisaran Rp3.000 hingga Rp5.000 perkilogram.

Hancurnya harga juga dirasakan petani cabai di lereng Gunung Merapi, Boyolali, Jawa Tengah. Pada saat panen tiba, harga jual cabai merosot tajam di angka Rp7.000 perkilogram. Harga ini berada jauh di bawah harga normal sebelumnya yang bisa mencapai Rp20.000.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Pemuda Tani HKTI Rina Saadah menyebut situasi ini terjadi akibat rendahnya permintaan dari konsumen dan kendala dalam proses distribusi. Menurutnya, di masa pandemi COVID-19 ini, terjadi penurunan daya beli. Hal ini tentu berimbas pada sulitnya para petani dalam memasarkan hasil panen.

Untuk mengatasi permasalahan ini, sangat dibutuhkan kemauan yang serius dari pemerintah dengan mengucurkan bantuan. Mekanismenya, pemerintah membantu pembelian produk-produk hasil panen petani. Selanjutnya, produk-produk hasil panen tersebut disalurkan ke masyarakat dalam wujud bantuan sosial.

Solusi lain adalah dengan memanfaatkan platform digital. Dengan adanya platform digital, para petani bisa lebih mudah menjual hasil panen atau produk pertanian karena di masa pandemi ini, consumer behaviour masyarakat Indonesia mulai terbiasa melakukan belanja online.

Pentingnya Kualitas Produk Hasil Pertanian

Dalam upaya meningkatkan pemasaran hasil pertanian, kualitas produk juga perlu ditingkatkan. Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen untuk menjamin kualitas produk hasil pertanian. Langkah yang dilakukan Kementan adalah melalui berbagai macam analisis atau pengujian mutu, baik secara manual maupun pemanfaatan alat tertentu di laboratorium.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan, Gatut Sumbogodjati mengatakan untuk mendapatkan hasil analisis yang valid, pengujian mutu harus dilakukan di laboratorium yang sudah menerapkan SNI ISO IEC 17025: 2017 dan telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Selain itu, petugas pengambil contoh (PPC) yang berada di lapangan harus terampil dan kompeten. Pasalnya PPC ini merupakan garda terdepan dalam mekanisme penerapan jaminan mutu hasil pertanian. Mereka harus mengambil contoh yang mewakili suatu produk untuk selanjutnya diuji di laboratorium.

Dengan adanya pengujian mutu ini, Kementan ingin memastikan produk hasil pertanian tersebut siap dikonsumsi, serta sehat dan aman bagi tubuh. Adanya perbaikan kualitas produk ini sangat berperan penting dalam peningkatan efektivitas penjualan petani.

Kualitas produk pertanian yang baik tentu memberikan dampak positif. Bahkan peluang produk tersebut untuk menembus pasar internasional menjadi semakin terbuka. 

Karena itulah, dibutuhkan kerja sama antara petani, ekportir, dan pemerintah demi menjaga komoditas pertanian yang akan diekspor dapat memenuhi ekspektasi. Dengan begitu, penjualan hasil pertanian akan meningkat sekaligus memberikan dampak yang positif dan signifikan bagi para petani.

Teknologi Pendeteksi Bibit Unggul 

Teknologi di sektor pertanian kini semakin canggih. Hal itu mutlak diperlukan seiring dengan perkembangan zaman yang tentu akan memberikan dampak positif bagi petani. Dengan adanya teknologi pertanian, semuanya menjadi lebih efektif, mulai dari penanaman, perawatan, hingga panen. 

Tak hanya itu, biaya yang dibutuhkan oleh para petani juga semakin menurun. Sebaliknya, hasil produksi pertanian meningkat dan lebih berkualitas.

Salah satu teknologi yang sangat dibutuhkan petani masa kini adalah mesin pemilah bibit unggul. Dengan mesin ini, para petani tidak lagi bingung untuk menentukan bibit-bibit yang akan menghasilkan tumbuhan terbaik. 

Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian Erizal Jamal mengungkapkan benih merupakan salah satu dari tiga unsur utama di sektor pertanian, selain manusia dan tanah. Terbukti benih bermutu memberikan kontribusi pada peningkatan hasil pertanian.

Teknologi lain yang mulai dikenal petani adalah teknologi pertanian transplanter. Dengan mengusung sistem jajar legowo dari Jawa Timur dalam proses penanaman padi, transpanter dipercaya mampu meningkatkan produksi padi hingga 30 persen. Teknologi ini dibuat dengan konsep memberikan jarak yang tepat antar padi yang ditanam sehingga lebih memudahkan petani dalam perawatan.

Tetapi penggunaan teknologi pertanian masih belum bisa diterapkan di beberapa wilayah. Kondisi ini berkaitan dengan sejumlah faktor seperti kondisi alam, tenaga ahli yang bisa mengoperasikan teknologi tersebut, hingga pengetahuan masyarakat yang masih minim terhadap teknologi pertanian.

Pemilihan Pupuk yang Tepat dan Berkualitas

Peningkatan produksi dan hasil pertanian tidak bisa dilepaskan dari penggunaan pupuk yang tepat. Namun para petani harus berhati-hati dalam memilih pupuk agar terhindar dari gagal panen akibat penggunaan pupuk yang salah.

Petani disarankan untuk menggunakan pupuk yang sudah terdaftar resmi dan berstandar SNI sehingga keaslian dan kualitasnya terjamin. 

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menyebut pentingnya peningkatan keragaman produk untuk memperkaya daya saing pupuk. Langkah yang harus dilakukan diantaranya adalah dengan membuat produk pupuk yang sesuai dengan karakteristik tanah, sawah, hingga lahan yang ada di Indonesia.

Salah satu perusahaan yang cukup eksis dalam industri pupuk nasional adalah PT Pupuk Kaltim. Perusahaan ini dikenal sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi pupuk urea, amoniak, dan NPK.

Kehadiran perusahaan-perusahaan pupuk seperti Pupuk Kaltim ini memang sangat menunjang kebutuhan para petani. Pasalnya pupuk berperan penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian dengan menyumbang 20-40 persen tingkat kesuburan tanah.

Selain pupuk anorganik, Kementerian Pertanian juga mengimbau kepada para petani untuk menggunakan pupuk organik secara berimbang. Tujuannya untuk mengembalikan unsur hara tanah. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya Peraturan Menteri (Permentan) No. 70 Tahun 2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. (*)

Topik
Artikel Terbaru