PKT Beralih ke Motor Listrik? Kok Bisa?
PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mulai menggunakan motor listrik untuk aktivitas dan kegiatan di lingkungan perusahaan. Langkah PKT ini untuk mendukung pencapaian target Net Zero Emission Indonesia tahun 2060.
Penggunaan motor listrik untuk aktivitas dan kegiatan di lingkungan kerja PKT ini ditandai peluncuran motor listrik dengan tema Smart, Clean and Green. Launching motor listrik ini dilakukan oleh Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi, bersama Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto, dan dihadiri juga oleh Direktur Transformasi Bisnis Pupuk Indonesia Panji Winanteya Ruky, Kamis (21/7/2022).
Rahmad Pribadi mengungkapkan, sejalan dengan kerangka Net Zero Emission 2060, PKT telah menetapkan target net zero carbon emission di tahun 2050, dengan pengurangan emisi karbon sebesar 30 persen pada dekade pertama di tahun 2030. Penggunaan motor listrik ini merupakan salah satu langkah awal yang direalisasikan PKT untuk mengurangi emisi bahan bakar dari kendaraan operasional perusahaan, disamping upaya lain seperti pembangunan pabrik soda ash, pengaktifan urea 1 hingga carbon circuits station.
“Realisasi net zero carbon emission akan terus dikembangkan PKT, guna menekan penggunaan energi fosil di lingkup bisnis perusahaan. Secara bertahap, seluruh kendaraan operasional yang masih menggunakan energi fosil akan diganti,” ujar Rahmad.
Menurut Rahmad, hal ini juga wujud komitmen PKT terhadap prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) yang terus dikedepankan dalam menciptakan pertumbuhan usaha, sekaligus membangun keseimbangan kinerja pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan demikian manfaat tak hanya berdampak bagi pertumbuhan perusahaan, tapi juga menitikberatkan pada aspek keberlanjutan hingga kemandirian masyarakat yang sesuai dengan kaidah ESG.
Masuknya PKT dalam Top 3 global rating ESG untuk kategori agriculture chemical berdasarkan penilaian Sustainalytics, semakin menjadi tantangan bagi PKT untuk terus melakukan pengembangan bisnis dengan pengelolaan ESG yang semakin baik. “Untuk itu, kita wajib memastikan PKT terus memberikan manfaat tak hanya bagi karyawan tapi juga masyarakat sekitar dan bumi,” tambah Rahmad.
Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto, mengapresiasi langkah PKT menekan penggunaan energi fosil dalam aktivitas perusahaan, guna mendukung tercapainya target Net Zero Emission Indonesia tahun 2060 dan bebas emisi karbon di tahun 2030. Menurut Nugroho, hal ini menjadi tonggak awal dimulainya kontribusi perusahaan di lingkungan Pupuk Indonesia Grup dalam mencapai target net zero carbon emission, yang sejalan dengan upaya dekarbonisasi yang dicanangkan Pupuk Indonesia.
“PKT sudah mengawali dengan pemasangan solar panel di lingkungan kantor, yang dikontribusikan untuk mendukung dekarbonisasi. Kita harus kembangkan dengan lebih baik lagi kedepannya,” kata Nugroho.
Dirinya mengatakan, Pupuk Indonesia akan terus mendukung kesinambungan upaya PKT dalam menekan emisi karbon, yang diharap segera diikuti seluruh perusahaan yang ada di lingkungan Pupuk Indonesia Grup. Apalagi melihat tantangan saat ini, emisi karbon banyak dihasilkan dari aktivitas bisnis perusahaan seperti operasional pabrik urea dan amoniak, sehingga kedepan realisasi program dalam mencapai net zero carbon emission 2030 bisa terus dikembangkan oleh seluruh anak usaha Pupuk Indonesia Grup, utamanya mengganti fosil dengan energi terbarukan.
“Gagasan PKT ini menjadi awal bagi kita dalam mendukung dekarbonisasi di lingkungan PI Grup. Meski bukan hal mudah, tapi kita optimis mampu mencapai target tersebut di tahun 2030,” harap Nugroho.
Upaya Lain PKT
Sebagai perusahaan produsen pupuk, PKT juga melakukan transformasi ke industri hijau sebagai adapatasi perubahan iklim. Transformasi menjadi industri hijau mengedepankan penggunaan energi ramah lingkungan terbarukan dalam proses produksinya dan masuk ke dalam roadmap perusahaan.
“Pupuk Kaltim sebagai penghasil amoniak dan urea, dengan bahan bakunya menggunakan gas alam. Apabila kita tidak melakukan apa-apa alias business as usual, emisi GRK mencapai 4,2 juta ton karbon per tahun. Namun kami secara proaktif melakukan terobosan untuk pengurangan emisi karbon sampai dengan 32,51 persen pada 2030. Jadi bukan hal mustahil pada 2060 atau lebih dari dua dekade, kami akan mencapai net zero emission,” kata Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi.
Rahmad melanjutkan, pihaknya saat ini telah menggunakan campuran 1-5 persen biomassa pada boiler batu bara. Biomassa berasal dari sampah organik, potongan kayu, cangkang sawit, serbuk gergaji, dan jerami. Ini berpotensi untuk mereduksi 5,4% emisi GRK.
“Selain itu, kami mengembangkan konsep carbon capture, utilization, storage (CCUS). Salah satunya dengan membangun pabrik soda ash. Pabrik ini menampung karbon dan mengolahnya menjadi bahan baku kaca. Potensi reduksi emisi GRK sebesar 0,42 persen atau 17.715 ton CO2 per tahun,” tuturnya.
Bahaya Emisi Karbon
Sebuah studi global tentang emisi karbon yang diterbitkan dalam Jurnal Sustainability mengungkapkan, peningkatan emisi karbon telah menyebabkan kekhawatiran yang signifikan di antara negara-negara seperti China, Amerika Serikat, Rusia, India, Uni Eropa, dan Jepang sebagai penghasil emisi karbon terkemuka dunia.
Emisi karbon dan gas rumah kaca dengan volume berlebihan tentu membawa banyak dampak buruk bagi segala sektor lingkungan, kesehatan manusia, dan perekonomian. Berikut dampak dari emisi karbon adalah:
- Lingkungan
Dampak dalam sektor lingkungan dari emisi karbon adalah:
• Meningakatkan jumlah gas rumah kaca, dan mengakibatkan pemanasan global
• Peningkatan suhu panas bumi akibat efek rumah kaca, akan mengakibatkan es-es dan gletser di kutub utara dan selatan mencair.
• Pencairan kutub-kutub akan menyebabkan naiknya permukaan air laut dan meningkatkan potensi banjir di daerah pesisir laut.
• Banjir dan naiknya permukaan air laut meningkatkan erosi daratan.
• Pemanasan global ciptakan perubahan musim yang tidak stabil
• Curah hujan tinggi dan panas tinggi yang dapat menyebabkan kebakaran hutan
• Buruknya ekosistem alam karena banyak makhluk hidup tidak dapat bertahan dari suhu yang semakin panas. - Kesehatan manusia
Dampak bagi Kesehatan manusia dari emisi karbon adalah:
• Pemanasan suhu yang tak terkendali dapat mengakibatkan dehidrasi dan cedera kepala akibat panas
• Mengakibatkan permasalah pernafasan pada kardiovaskular dan ciptakan sel kanker melalui polusi udara
• Resiko penularan penyakit meningkat
- Ekonomi
Dampak dalam sektor ekonomi dari emisi karbon adalah:
• Produksi pertanian, perkebunan, ekosistem hutan, dan ekonomi pariwisata akan terdampak dari pemanasan global
• Dampak kesehatan manusia menekan ekonomi dan dukungan sosial
• Naiknya permukaan air laut, potensi banjir, dan kebakaran hutan dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur publik.