Potensi Sukses Besar Petani Milenial di Sektor Pertanian Indonesia
Petani Milenial PKT
(Istimewa)Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Sebagian penduduknya masih bekerja di sektor pertanian. Sayangnya, generasi muda atau kalangan milenial yang masih mau bekerja di sektor ini cenderung menurun. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang.
“Hanya sekitar 8 persen dari total petani kita 33,4 juta orang. Sisanya lebih dari 90 persen masuk petani kolonial, atau petani yang sudah tua,” ujar Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi pada acara Pengukuhan Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) di Jakarta, Senin, 13 April 2020.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, jumlah petani muda terjadi penurunan 415.789 orang dari periode 2017 ke 2018. Pemerintah tentu tidak tinggal diam menyikapi soal ini. Kementerian Pertanian (Kementan) belakangan ini intens melakukan percepatan regenerasi petani. Saat ini generasi milenial bidang pertanian tak hanya sekadar bertani, melainkan juga cerdas berwirausaha tani dengan memanfaatkan teknologi digital.
Salah satunya adalah melalui Program Gerakan Milenial. Program Petani Milenial sudah berjalan di Aceh, Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat.
Target program ini adalah terciptanya 100.000 petani milenial di 10 provinsi dengan memberikan pelatihan secara bertahap, termasuk permodalan, teknologi digital, kemampuan berbisnis dan UMKM, dan kemampuan menjadi eksportir komoditas, yang akan didukung oleh lintas kementerian dan lembaga lainnya.
Program dan Pelatihan untuk Petani Milenial
Untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul, pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan peningkatan profesionalisme baik melalui pendidikan maupun pelatihan vokasi. Khususnya pada kondisi pandemi COVID-19 saat ini, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya melakukan terobosan dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) bahwa mendukung peningkatan kompetensi SDM pertanian yang profesional dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan vokasi maupun sertifikasi profesi, salah satunya untuk penyuluh. Pasalnya, penyuluh menjadi garda terdepan dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas yang berdaya saing guna mewujudkan pencapaian swasembada pangan dan penerapan teknologi pertanian yang modern.
Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan salah satu faktor yang berperan besar terhadap produktivitas pertanian adalah peran SDM pertanian.
Dedi mengungkapkan bahwa peranan SDM pertanian dibutuhkan dalam meningkatkan produktivitas pertanian adalah SDM yang mampu mengimplementasikan Teknologi Informasi (TI) di era Revolusi Industri 4.0 saat ini. Untuk itu Kementan menggelar pelatihan bagi petani dan penyuluh pertanian serta pengukuhan 2.000 Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) Pembangunan Pertanian yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Presiden Joko Widodo mengapresiasi inisiatif dari Kementerian Pertanian tersebut. Melalui pelatihan ini, ia berharap agar profesi petani bisa menjadi profesi yang paling menjanjikan. Apalagi dari total petani Indonesia yang ada saat ini, sebanyak 71% di antaranya sudah berusia 45 tahun sedangkan petani yang berusia di bawah 45 tahun hanya berjumlah 29%.
“Jadi saya minta kepada para penyuluh untuk terus belajar mengembangkan diri dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang teknis dan manajemen. Belajarlah terus bersama petani dengan koneksi internet yang tersedia,” imbau Presiden Jokowi.
PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) tidak tinggal diam dalam mendukung program pemerintah mewujudkan terciptanya petani milenial. Seperti yang dilakukan di Jember, Jawa Timur. Pupuk Kaltim melalui Program Makmur yang digawangi oleh petani milenial Jember mengajak para generasi muda kembali bertani dan melirik pertanian sebagai sektor potensial untuk dikembangkan.
Direktur Keuangan dan Umum Pupuk Kaltim Qomaruzzaman, mengungkapkan selain mendorong peran petani milenial, program Makmur PKT juga mendorong peningkatan penggunaan pupuk nonsubsidi untuk mengurangi ketergantungan petani akan pupuk subsidi, dengan target luasan lahan yang jauh lebih besar, serta menjangkau lebih banyak petani Indonesia pada berbagai komoditas. Adapun penggunaan pupuk nonsubsidi Pupuk Kaltim yakni NPK Pelangi, Urea Daun Buah dan pupuk hayati Ecofert, dengan rata-rata berat semangka 9-10 kg per buah.
Dari total target 12.000 lahan di tahun 2021, Pupuk Kaltim telah merealisasikan sekitar 13.000 hektare lebih di seluruh wilayah tanggung jawab Perusahaan, dengan persentase mencapai 115%. Khusus di Jawa Timur, Program Makmur Pupuk Kaltim terealisasi seluas 2.800 ha dan Jember sekira 1.500 ha.
“Program ini sebagai kesinambungan upaya Pupuk Kaltim bersama Pupuk Indonesia, untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mendorong kesejahteraan petani dengan memfasilitasi beragam kemudahan. Hasilnya bisa kita lihat pada panen kali ini. Kami menargetkan 60.000 hektare bisa terealisasi di seluruh wilayah tanggungjawab Pupuk Kaltim pada 2022, sehingga seluruh sektor pertanian masyarakat dan kesejahteraan petani lebih meningkat,” terang Qomaruzzaman.
Komisaris Utama Pupuk Kaltim Momon Rusmono, mengatakan produktivitas hasil pertanian dan kesejahteraan petani menjadi fokus pengembangan program Makmur, yang ditopang kemudahan akses dan teknologi bagi petani Indonesia. Program ini menjadi langkah awal untuk pengembangan korporasi pertanian, agar mampu memberi manfaat yang jauh lebih besar bagi petani dalam menopang perekonomian nasional.
Apalagi selama pandemi COVID-19 hanya sektor pertanian yang mampu tumbuh secara positif, dibuktikan dengan jumlah pelaku pertanian yang sebelumnya berkisar 33 juta orang menjadi 35 juta orang. Hal ini menjadi faktor penunjang sektor pertanian untuk terus berkembang, karena didukung peningkatkan sumber daya yang memiliki potensi menggarap lahan dengan lebih luas.
“Sektor pertanian kini juga bisa menjadi peluang bagi generasi muda untuk terus produktif dan lebih aktif berperan dalam mengembangkan sektor pertanian Indonesia,” papar Momon.
Sekadar mengingatkan, buat Anda pembaca Defarm.id, jangan lupa untuk mengikuti Instagram Live dalam rangka memperingati hari pohon dengan tema From Garden to Table yang disiarkan langsung dari Pekarangan Rinanti Taman & Resto Bintaro pada tanggal 21 November 2021.
Satu lagi acara menarik yang bisa Anda ikuti yaitu penanaman bibit secara virtual dalam rangka Peringatan Hari Menanam Pohon yang dilakukan melalui aplikasi Zoom dan bisa ditonton di secara live di akun YouTube Penakita.id pada 28 November 2021. Jangan lupa, kuota terbatas hanya 100 peserta. Nantinya peserta akan mendapatkan merchandise set alam menanam di rumah dari Defarm. (*)
Penulis: Tyo