Sudah Tahu Belum, Ada 7 Media Tanam Hidroponik yang Bisa Kamu Coba di Rumah, Apa saja?
Pekarangan yang sempit tidak menjadi kendala untuk membudidayakan beragam tanaman pangan, seperti selada, tomat bahkan padi. Bukan hanya halaman rumah, bahkan masyarakat perkotaan biasanya memanfaatkan bagian paling atas rumah atau rooftop.
Bercocok tanam kini jadi tren masyarakat perkotaan, tetapi dengan ruang terbatas tetap bisa membudidayakan tanaman salah satunya dengan menerapkan teknik budidaya tanaman hidroponik atau menanam tanpa menggunakan media tanah.
Hidroponik kini menjadi alternatif bagi pecinta tanaman yang tidak memiliki lahan luas di rumah. Selain dapat menghemat ruang, menanam dengan cara hidroponik juga lebih praktis. Bahkan, sejumlah pertanian di perkotaan atau urban farming juga menerapkan budidaya sayuran dengan sistem hidroponik terutama menggunakan media air.
Lalu apa yang perlu diperhatikan dalam budidaya dengan metode hidroponik ini?, tidak berbeda dengan tanaman konvensional, kecukupan cahaya, oksigen, ketersediaan air dan nutrisi berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.
Inti dari teknologi hidroponik adalah pemberian larutan hara sebagai sumber makanan bagi tanaman di zona perakaran, dimana tanaman tersebut ditanam pada media tertentu dengan menggunakan air sebagai pengganti tanah.
Larutan hara yang diberikan berupa nutrisi A (kalsium, kalium, nitrogen, zat besi) dan nutrisi B (kalium, nitrogen, fosfor, magnesium, sulfur, mangan, Zn, Cu, Mo, boron) yang dibutuhkan tanaman. Nutrisi A dan B untuk tanaman hidroponik ini banyak dijual di pasaran.
Di antara beberapa sistem hidroponik yang banyak dipraktekkan pada saat ini, sistem yang paling sederhana, murah, dan mudah dilakukan adalah hidroponik dengan sistem rakit apung dan sistem sumbu. Hidroponik dengan sistem rakit apung merupakan sistem yang menggunakan bak berisi air dengan meletakkan bibit sayuran di atas sterofoam yang dilobangi sesuai dengan jarak tanamnya. Pada sistem ini dibutuhkan aerator untuk mengatur sirkulasi udara, dikarenakan tidak adanya jarak antara akar tanaman dengan air.
Sedangkan sistem sumbu merupakan sistem yang mengadopsi sistem pada kompor minyak, di mana bak berisi air diberi tutup (sterofoam) yang dilobangi sesuai dengan diameter net pot yang digunakan. Net pot diberi sumbu sebagai alat penghubung untuk mentransfer nutrisi ke tanaman. Jarak antara air dengan net pot kira-kira 5-8 cm. Net pot ini akan menjadi wadah tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Bila dibandingkan dengan menanam suatu tanaman secara langsung di tanah, hasil yang dapat dipanen dari menanam dengan teknologi hidroponik lebih bersih dan aman jika langsung dikonsumsi. Teknologi ini juga ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida dan menjadikan lingkungan lebih indah.
Jenis Media Tanam Hidroponik
Lazimnya memang teknik hidroponik menggunakan media tanam berupa air, tetapi sesungguhnya terdapat tujuh macam lagi media yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman hidroponik, melansir kompas.com berikut media yang bisa digunakan untuk bercocok tanam.
1. Sabut kelapa
Sabut kelapa menjadi media tanam hidroponik paling favorit di kalangan pecinta tanaman. Mengapa sabut kelapa begitu populer? Sebab, kelapa ditanam di daerah tropis dan seringkali jatuh ke laut saat sudah matang. Sekam atau sabut kelapa melindungi benih dan daging dari kerusakan akibat sinar matahari dan garam.
Hal ini menunjukkan jika sekam berfungsi sebagai media tumbuh yang bagus untuk kelapa berkecambah dan menciptakan pohon baru. Sabut kelapa yang digiling akan bertindak sebagai media kaya hormon dan bebas jamur bagi tanaman.
Dengan cara yang sama, seperti membantu perkecambahan kelapa, dan akan membantu semua benih serta bibit untuk lebih kuat. Sabut kelapa memiliki rasio udara dan air yang bagus, sehingga akar tanaman tidak akan kelebihan air.
Selain itu, sabut kelapa umumnya akan menjadi limbah atau menjadi kompos jika tidak digunakan dalam aplikasi hidroponik.
2. Hydroton
Pelet tanah liat atau yang biasa disebut hydroton juga menjadi media yang populer di pecinta tanaman. Seperti namanya, hydroton dibuat dari tanah liat yang membentuk bola bundar dari bahan berpori. Yang menjadi kelebihan hydroton adalah dapat melepaskan nutrisi ke aliran air dan pH netral. Selain itu, bentuknya yang bulat dapat membantu memastikan keseimbangan oksigen atau air sehingga tidak terlalu kering atau terlalu banyak air. Namun, kekurangan menggunakan hydroton ini adalah bobotnya yang berat.
3. Rockwool
Rockwool adalah sekumpulan serat berbentuk busa yang terbuat dari lelehan batu gunung berapi, seperti batu basalt. Selain itu, media tanam ini ramah lingkungan. Kelemahan media tanam ini adalah memiliki pH tinggi dan perlu direndam. Serat dan debu yang tercipta dalam proses pembuatan rockwool dapat berbahaya bagi mata, hidung, dan paru-paru. Kita bisa mencegah debu dengan merendam rockwool di air setelah dikeluarkan dari kemasannya.
4. Oasis Cubes
Mirip dengan kubus rockwool, namun perbedaannya adalah pada warna hijau yang dimiliki oleh oasis cubes. Kelebihan oasis cubes adalah harga yang terjangkau dan dapat digunakan untuk fase perkecambahan dan pembibitan.
5. Perlit
Perlit adalah kaca vulkanis yang relatif banyak mengandung air. Perlit umumnya terbentuk dari hidrasi batuan obsidian. Perlit merupakan media tanam bebas tanah yang memiliki tingkat retensi oksigen terbaik dari semua media tanam. Namun biasanya perlit harus dikombinasikan dengan sabut kelapa, tanah, atau vermikulit.
6. Kerikil
Kerikil dapat dipakai untuk media hidroponik bagi pemula, dengan mencucinya sebelum dipakai. Kita bisa memakai jenis kerikil apa saja.
7. Serat kayu
Serat kayu menjadi media yang bagus serta efisien untuk media hidroponik. Menurut beberapa penelitian, serat kayu dapat mengurangi efek pengatur tumbuh, yang berarti tanaman kita mungkin tumbuh sedikit lebih besar.