Free cookie consent management tool by TermsFeedSudah Tahu Belum: Ada Gerakan Tanam Kedelai di Musim Tanam 2, Lho! - Demfarm
logo-demfarm

Sudah Tahu Belum: Ada Gerakan Tanam Kedelai di Musim Tanam 2, Lho!

·
<p>Gerakan Tanam Kedelai di Musim Tanam 2</p>

Gerakan Tanam Kedelai di Musim Tanam 2

(Istimewa)

Seringkali kita mendapat informasi kedelai langka, akibatnya makanan kesukaan masyarakat Indonesia, tempe dan tahu jadi mahal karena kedalai merupakan bahan baku makanan tersebut. Kedelai mahal, tahu dan tempe pun harganya naik. Alhasil warga pun kelimpungan mencari alternatif makanan yang mengandung protein.

Indonesia sendiri hingga hari ini ternyata masih mengimpor kedelai dari pemasok komoditi terbanyak: Amerika Serikat dan Brazil. Produksi kedelai lokal yang masih minim menjadi alasan pemerintah untuk terus mengimpor karena kebutuhan pangan berbahan kedelai sangat tinggi. 

Upaya memenuhi kebutuhan kedelai yang  tidak hanya untuk bahan baku tempe atau tahu  tetapi juga susu dan keripik serta produk kuliner lainnya terus dilakukan pemerintah.

Buktinya, awal Februari 2021 gerakan tanam kedelai telah dicanangkan Direktur Aneka Kacang dan Umbi (AKABI) Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Amirudin Pohan, M.Si di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Bertempat di wilayah Hutan Kemasyarakatan Dusun Galih, Kalurahan Plembutan, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul dilaksanakan Gerakan Tanam (Gertam) Kedelai Musim Tanam Kedua (MT II) Tahun 2021.

Amirudin mengungkapkan pemerintah kini sedang berupaya menggerakan penanaman kedelai.

“Gerakan ini menjadi langka strategis untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap produk impor, yaitu kedelai dari dua negara pemasok utama Amerika Serikat dan Brazil,” kata dia beberapa waktu lalu melansir situs dpkp.jogjaprov.go.id. 

Peluncuran gerakan tanam  kedelai dilaksanakan sesuai protokol kesehatan COVID-19. Secara simbolis  menanam benih kedelai varietas Grobogan di lahan Hutan Kemasyarakat di bawah tegakan pohon Eucaliptus (kayu putih) dilakukan bersama unsur terkait.

Amirudin menambahkan, gerakan menanam kedelai ini implementasi komitmen Presiden Joko Widodo dalam menyediakan pangan lokal dengan harga terjangkau.

Karena itu, membutuhkan kerja sama berbagai pihak khususnya para petani untuk mendukung peningkatan luas  tanaman kedelai, tambah dia.

Pemerintah pusat kata dia menargetkan menyasar pengembangan kedelai seluas 500.000 hektare  Tahun 2021. Target luas tambah tanam kedelai seluas 3.000 Ha di Kabupaten Gunungkidul dari total alokasi di Yogyakarta melalui Dana Tugas Pembantuan Satuan Kerja Tanaman Pangan sebesar 5.000 Ha.  

Khusus pengembangan kedelai Kelompok Tani yang ingin menanam kedelai dapat mengajukan bantuan pada pemerintah sebanyak 2 kali atau 2 musim tanam dalam 1 tahun, ujarnya.

Sementara Ketua Kelompok Tani Sido Rukun II, Wakiman menjelaskan penanaman kedelai hari ini dilaksanakan menggunakan sistem sisip, yaitu dengan cara benih tanaman kedelai disisipkan di sela-sela tanaman jagung yang sudah menjelang panen.

Sistem sisip dilakukan untuk menghemat waktu dan ketersediaan air, karena budidaya yang dijalankan sangat tergantung kepada curah hujan (sistem pertanian lahan kering) sehingga diharapkan dengan sistem ini akan terjaga ketersediaan air hingga tiba waktu panen, kata dia.

Total bantuan pemerintah dalam kegiatan pengembangan kedelai di Kelurahan Plembutan seluas 55 Ha dan Kelompok Tani Sido Rukun II menerima sebanyak 20 Ha dengan perincian 15 Ha ditanam di Lahan Baon (Hutan Kemasyarakatan) dan 5 hektare ditanam di lahan pekarangan petani. Bantuan yang diterima antara lain benih tanaman kedelai, NPK non subsidi, Pupuk Hayati, Pestisida dan Rhizobium.

Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Ir. Syam Arjayanti, M.P.A menjelaskan bahwa kegiatan pengembangan kedelai ini diharapkan dapat menghasilkan panen yang memuaskan, baik sebagai calon benih maupun untuk konsumsi karena kebutuhan benih nasional untuk tahun 2021 mencapai 526.000 Ha dengan kebutuhan benih sebanyak 50 Kg/Ha.

“Mudah-mudahan dengan terealisasinya gerakan tanam kedelai dengan hasil yang optimal dapat memenuhi kebutuhan nasional,” kata dia.

Pupuk yang Cocok untuk Kedelai

Menanam kedelai dengan benih bermutu unggul tentu harus menjadi pilihan petani agar tanaman produktif sehingga menghasilkan panen yang berkualitas dan berlimpah. Karena itu, petani hendaknya tidak salah memilih benih kedelai, belilah yang telah terbukti kualitasnya.

Bercocok tanam tentunya tidak hanya bisa mengandalkan benih bermutu unggul, tapi pupuk yang berkualitas dan sesuai peruntukan juga jadi bagian terpenting dalam budidaya tanaman.

Kedelai membutuhkan pupuk majemuk berupa pupuk yang mengandung unsur N, P dan K. PT Pupuk Kaltim selama ini telah memproduksi pupuk komersial dengan nama dagang pupuk NPK Pelangi. Untuk tanaman kedelai NPK Pelangi dengan komposisi 16-16-16 sangat cocok diaplikasi.

Pupuk NPK bisa berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan petani tanaman pangan maupun hortikultura. Kedelai juga membutuhkan Pupuk Hayati, berikut produk yang diproduksi PT Pupuk Kaltim:

Ecofert

Ecofert adalah pupuk hayati produksi Pupuk Kaltim yang mampu meningkatkan tersedianya unsur hara N dan P, memacu pertumbuhan tanaman, meningkatkan penyerapan unsur hara tanah dan meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga dapat menghemat pupuk NPK hingga 25% dari dosis standar dengan pemakaian Ecofert dosis 20-40 kh/ha saat pengolahan tanah. 

Ecofert mengandung bahan aktif Bacillus subtilis, B. flexus, Pseudomonas mendocina, dan Aspergillus niger. Ecofert berbentuk granul dengan variasi kemasan 1 kg, 5 kg, dan 20 kg.

Biotara

Biotara adalah Pupuk Hayati yang adaptif dengan tanah masam lahan rawa, sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanaman di tanah masam lahan rawa. Biotara mengandung bahan aktif Trichoderma sp., Bacillus sp, dan Azospirillum sp.

Biotara berbentuk serbuk dan berwarna kehitaman, dengan variasi kemasan 2,5 kg dan 12,5 kg. Beberapa keunggulan dalam penggunaan Biotara, seperti peningkatan efisiensi pemupukan terutama N dan P, penghematan pemupukan NPK hingga 25% dari dosis standar lahan rawa, dekomposisi sisa-sisa organik, pengurangan pencemaran lingkungan, dan peningkatan hasil padi di lahan rawa dengan pemakaian Biotara dosis 25 kg/ha saat pengolahan tanah.

Biodex

Selain Ecofert dan Biotara, Pupuk Kaltim juga memproduksi aktivator pengomposan dengan merek dagang biodex, yang mampu mempercepat proses pengomposan dengan bahan aktif jamur unggul. Biodex merupakan bioaktivator perombak atau pendegradasi bahan organik. Formula Dekomposer Biodex dibuat dengan menggunakan bahan aktif mikroba unggul yang diisolasi dari berbagai sumber bahan yang mengandung lignin dan selulosa tinggi seperti Trichoderma polysporum, T. viride, dan Fomitopsis meliae.

Biodex berbentuk bubuk berwarna coklat kehitaman dan saat ini dijual dalam kemasan 1 kg, 2,5 kg, 5 kg, dan 10 kg. Biodex memiliki beberapa keunggulan, yaitu sesuai untuk limbah organik padat, tidak membutuhkan tambahan nutrisi, tidak perlu dilakukan pembalikan pada saat proses pengomposan dan sesuai untuk daerah tropis, dengan dosis pemakaian 2,5-5 kg/ton bahan organik.

Pada pertanian kedelai, petani juga menyertakan Rhizobium sebagai genus bakteri tanah Gram-negatif yang memfiksasi nitrogen. Spesies Rhizobium membentuk asosiasi pengikat nitrogen endosimbiotik dengan akar kacang-kacangan dan Parasponia.

Penggunaan bakteri baik ini akan mendukung pertumbuhan kedelai menjadi subur dan menghasilkan panen yang unggul pula.

Tak ketinggalan, Pestisida  juga disiapkan untuk mengantisipasi dan membasmi organisme pengganggu yang biasanya terjadi dan jika tidak segera dilakukan pembasmian akan menyebabkan petani merugi.

Topik
Artikel Terbaru