Free cookie consent management tool by TermsFeedTekan Emisi Karbon, Pupuk Kaltim Tanam 23.272 Pohon Sepanjang 2022 - Demfarm
logo-demfarm

Tekan Emisi Karbon, Pupuk Kaltim Tanam 23.272 Pohon Sepanjang 2022

·
<p>Hari menanam pohon</p>

Hari menanam pohon

(Istimewa)

Karbondioksida atau CO2 merupakan gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, yang menangkap panas dari matahari di dalam bumi. Gas ini dihasilkan dari aktivitas manusia seperti pembabatan hutan, pembakaran bahan bakar fosil, sampah, serta sebagai hasil dari reaksi kimia tertentu (misalnya pembuatan semen). Gas ini juga tercipta sebagai hasil dari proses alamiah seperti pernafasan dan juga erupsi gunung berapi. 

CO2 juga ada secara alamiah di dalam udara yang kita hirup dengan kandungan sekitar 0.037% dan tidak berbahaya untuk kesehatan dalam jumlah yang rendah. Meski begitu, jika kandungan CO2 di udara meningkat, maka hal ini bisa menyebabkan sakit kepala, pusing, kebingungan, hingga kehilangan kesadaran.

Peningkatan kandungan karbondioksida berefek pada meningkatnya jumlah gas rumah kaca (GRK), yang kemudian akan menangkap lebih banyak panas. Panas yang terperangkap ini kemudian akan menyebabkan es kutub meleleh dan naiknya permukaan air laut, serta konsekuensi lainnya yang kita kenal sebagai perubahan iklim. Dalam 171 tahun terakhir, aktivitas manusia telah membuat kandungan CO2 di atmosfer meningkat sebanyak 48% di atas tingkat pra-industrial sejak 1850. 

Karbondioksida (CO2) pada dasarnya merupakan penghasil gas rumah kaca (GRK) utama yang terbentuk sebagai hasil dari aktivitas manusia. Jumlah rata-rata karbondioksida global di tahun 2019 yaitu sebanyak 409.8 parts per million (ppm), dan tingkat karbondioksida yang sekarang merupakan yang tertinggi dibanding waktu-waktu lain dalam 800,000 tahun ke belakang. Jika kebutuhan energi global terus berkembang dan kita tetap akan mengandalkan energi fosil, maka jumlah karbondioksida di atmosfer diperkirakan akan melampaui 900 ppm pada akhir abad ini.

Efek Gas Rumah Kaca Terhadap Perubahan Iklim 

Secara garis besar, perubahan iklim adalah kondisi yang mengubah komposisi atmosfer global dan variabilitas iklim, pada periode waktu yang dapat diperbandingkan.

Komposisi atmosfer global yang dimaksud merupakan komposisi material atmosfer bumi yang membentuk Gas Rumah Kaca (GRK), di antaranya terdiri dari Karbondioksida, Metana, Nitrogen. Tentunya perubahan ini dianggap dampak dari aktivitas manusia.

Dikutip dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup, pada dasarnya Gas Rumah Kaca dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. Namun demikian, konsentrasi gas rumah kaca yang semakin meningkat membuat lapisan atmosfer menebal sehingga jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer bumi semakin banyak.

Dengan begitu secara global mengakibatkan peningkatan suhu bumi atau biasa disebut dengan pemanasan global.

Pentingnya Pohon untuk Mengurangi Emisi Karbon

Pohon merupakan penghasil oksigen yang memiliki julukan sebagai paru-paru bumi. Peranan pohon begitu penting untuk keberadaan makhluk hidup. 

Sayangnya, pohon yang rimbun nan teduh sering kali menjadi korban penebangan baik berskala kecil maupun skala masif. Jumlahnya yang berkurang pun membuat peran pohon sebagai penghasil oksigen semakin berkurang.

Berkurangnya jumlah pohon yang ada di bumi ini memiliki banyak dampak negatif, salah satunya meningkatkan pelepasan emisi karbon dioksida ke atmosfer. Kondisi ini menjadikan deforestasi sebagai salah satu kontributor perubahan iklim yang kini dirasakan di seluruh bumi selain pembakaran bahan bakar fosil serta polusi udara yang dihasilkan oleh aktivitas yang mencemari udara di bumi.

Dampak dari perubahan iklim dari tahun ke tahun semakin terasa. Cuaca panas yang ekstrem di musim kemarau, hingga ketidakjelasan pola iklim, pergeseran musim, hingga es di kutub yang mencair akibat suhu bumi yang meningkat tentunya menjadi alarm bagi bumi yang ditinggali ini.

Untuk mengurangi percepatan perubahan iklim ke arah yang lebih ekstrem, banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan gencar menanam pohon atau reforestasi di hutan-hutan yang gundul. 

Selain itu, aktivitas menanam pohon juga bisa Anda lakukan sendiri, secara berkelompok, atau melalui inisiatif-inisiatif perusahaan besar maupun institusi yang menyadari akan pentingnya pohon sebagai penjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Tom Crowther, seorang peneliti dari ETH Zurich, menyatakan bahwa penanaman pohon adalah solusi terbaik dari masalah pemanasan global saat ini. Menurut Crowther, jika dari sekarang banyak orang menanam pohon, maka karbon dioksida di atmosfer akan berkurang hingga 25 persen dari tingkat karbon dioksida seabad lalu. Sementara itu, 40 miliar ton karbon dioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil ditambahkan ke atmosfer setiap tahunnya. 

Data tersebut disampaikan oleh Glen Peters, direktur penelitian di Norway’s Center for International Climate Research. Jadi, para peneliti telah menyampaikan data dan menunjukkan bahwa penghijauan adalah salah satu cara paling mudah yang bisa dilakukan manusia, untuk mencegah lebih banyak bencana akibat perubahan iklim dan pemanasan global. 

PKT Tanam 23.272 Pohon Sepanjang 2022

Kepedulian terhadap meningkatnya emisi karbon digencarkan oleh Sebagian perusahaan di Indonesia. Salah satunya adalah PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) yang terus mendorong target Indonesia dalam mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.

Upaya ini dilakukan salah satunya melalui kegiatan pemulihan lahan bekas tambang dan penanaman pohon untuk penyerapan karbon. Sebagai pelopor transformasi hijau di bidang petrokimia, pada tahun 2022, PKT telah melakukan penanaman 23.272 pohon pada lahan seluas 32,4 hektare (ha) di 6 lokasi berbeda. Dari lokasi tersebut, dua merupakan lahan bekas tambang, yakni di Desa Makroman, Samarinda dan Monterado, Kalimantan Barat. Sementara itu, 4 lokasi lainnya berada di Desa Ciemas, Sukabumi; Taman Kasih Sayang (Takasay, Kota Bontang); Tropical Orchard-1 PKT; Mangrove Maratua.

Direktur Utama PKT, Rahmad Pribadi mengungkapkan pihaknya akan memastikan penanaman ini akan terus berlanjut melalui kerja sama dengan masyarakat sekitar. Dengan demikian, masyarakat dapat memanfaatkan hasil panen dari tanaman tersebut.

“PKT akan terus mengembangkan bisnis yang menjaga keseimbangan alam, berdampak bagi masyarakat, bukan hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan. Dalam melahirkan inisiatif, kami selalu berupaya agar program tersebut memiliki efek yang berganda,” kata Rahmad.

Itulah sebabnya, lanjut Rahmad, dalam kegiatan dekarbonisasi melalui penanaman pohon yang berdampak pada lingkungan, PKT selalu melibatkan masyarakat lokal. Pohon yang dipilih pun yang bisa dipanen, yang hasilnya dapat dirasakan oleh petani atau masyarakat lokal yang terlibat.

Dalam kegiatan ini, Rahmad mengungkapkan pihaknya menanam 2.770 pohon buah mangga, buah durian, pohon sirsak, alpukat, nangka, matoa, bisbul, gandaria di lahan area latihan komando strategis angkatan darat (kostrad) di Desa Ciemas, Sukabumi. Selain itu, PKT juga menanam 500 tanaman buah di Tropical Orchard-1 PKT, 1.100 tanaman mangrove di lokasi Mangrove Maratua, Berau, Kalimantan Timur. (Tyo)

Topik
Artikel Terbaru