Free cookie consent management tool by TermsFeedTren yang Enggak Ada Matinya, Ini dia Potensi Industri Kopi di Indonesia - Demfarm
logo-demfarm

Tren yang Enggak Ada Matinya, Ini dia Potensi Industri Kopi di Indonesia

·

Anda termasuk pecinta kopi? Saat ini, kopi merupakan minuman favorit banyak orang di dunia.
Ada banyak sekali jenis kopi di belahan dunia ini.
Indonesia sendiri juga dikenal sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Hal ini karena
Indonesia memiliki banyak wilayah dengan pegunungan berapi dan beriklim tropis.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi kopi Indonesia mencapai 774,6 ribu ton pada 2021

Jumlah tersebut naik 2,75% dari tahun sebelumnya yang sebesar 753,9 ribu ton. Produksi kopi
Indonesia tahun lalu itu menjadi yang tertinggi dalam satu dekade terakhir.
International Coffee Organization (ICO) juga mencatat, produksi kopi Indonesia sebesar 12,1 juta
kantong berukuran 60 kilogram (kg) pada 2020. Jumlah tersebut juga meningkat 5,83% dibandingkan
pada tahun sebelumnya yang sebesar 11,43 juta kantong berukuran 60 kg.
Dengan jumlah tersebut, Indonesia menjadi negara dengan produksi kopi terbesar keempat di dunia.
Posisi Indonesia hanya berada satu urutan di bawah Kolombia yang mendapat julukan sebagai negara
kopi. Produksi kopi Kolombia mencapai 14,3 juta kantong berukuran 60 kg.
Potensi industri kopi Indonesia tak hanya berasal dari domestik. Dengan produksi dan kualitasnya yang
baik, Indonesia juga bisa bersaing untuk mengekspor kopi di kancah Internasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kopi yang tidak digongseng dan tanpa dekafeinasi
dari Indonesia mencapai US$842,52 juta dengan volume sebanyak 380.173 ton pada 2021. Jumlah itu
meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya yang senilai US$809,16 juta dengan volume 375.555
ton.
Ekspor kopi Indonesia pada tahun lalu merupakan yang terbesar ketujuh di dunia. Posisi Indonesia
berada di bawah Guatemala yang ekspor kopinya senilai US$926,10 juta dengan volume sebesar
225.500 ton.
Adapun, ekspor kopi Indonesia paling banyak menuju Amerika Serikat senilai US$194,76 juta dengan
volume sebanyak 57.694 ton. Setelahnya ada Mesir dengan nilai US$89,08 juta dan volume sebanyak
48.521 ton. Kemudian, ekspor kopi Indonesia ke Jepang senilai US$61,89 juta dengan volume 25.136 ton
menempati urutan ketiga.

Festival Pasar Kopi di Amsterdam


Kopi Indonesia kini semakin dikenal dunia. Upaya untuk mengenalkan kopi Indonesia pun terus gencar
dilakukan ke luar negeri. Salah satunya dengan menggelar Pameran Pasar Kopi di Amsterdam, awal
September lalu.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Pasar Kopi bertujuan mengangkat posisi Indonesia agar
menjadi aktor penting dalam rantai suplai perdagangan kopi Indonesia di tingkat Internasional. Dalam
event itu, ucap Erick, Indonesia membawa sampel kopi lebih dari setengah ton dengan 97 jenis kopi,
mulai dari green bean hingga produk turunannya. Kopi-kopi tersebut, berasal dari 11 daerah, yakni Ijen,
Gayo, Mandailing, Karo, Lampung, Kerinci, Java Preanger (area Garut dan Bandung), Dieng, Bali
Kintamani, Flores, dan Toraja.

“Agenda bertajuk Indonesian Coffee Market; Coffee Revolution ini sangat bagus karena membawa
pengunjung mengenal lebih jauh tentang perjalanan kopi nasional. Sambil mencoba beragam kopi asli
hasil perkebunan Indonesia, mereka juga akan disuguhkan pameran sejarah produksi kopi, serta
berbagai jenis kopi dan produk turunannya,” ujar Erick.
Selain mengupayakan pemasaran kopi dengan nilai tambah yang lebih baik agar penjualan ekspor
meningkat secara signifikan, Erick menilai keragaman dan kesinambungan kopi terhadap alam, serta
keberlanjutannya di masa depan juga dinarasikan dengan baik.
Dalam 10 tahun terakhir, industri kopi Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu
sebesar 250%. Kini Indonesia menempati urutan keempat dalam jumlah kopi yang dihasilkan, dan
komoditas unggulan ini menjadi penghasil devisa terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan karet.
“Pelaksanaan Pasar Kopi di Amsterdam diharapkan dapat mempertemukan konsumen mancanegara,
khususnya Uni Eropa, dalam menikmati ragam kopi dari Indonesia. Kami juga berharap terjadinya
business expansion yang lebih luas, sehingga Indonesia dapat menjadi eksportir utama produk kopi
olahan untuk pasar dunia.” jelas Suryo Tutuko, CEO Roemah Indonesia BV selaku penyelenggara Pasar
Kopi bersama PMO Kopi Nusantara.

Upaya PKT dalam Mengembangkan Industri Kopi


Industri kopi di tanah air saat ini terus berkembang pesat. Hal tersebut didukung dengan tingginya minat
masyarakat terhadap kopi. Bahkan, bisa dikatakan kopi saat ini tidak sekadar untuk dikonsumsi, tetapi
sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat.
Untuk mendukung tumbuhnya industri kopi di Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) juga turut
mengambil peran. Langkah yang dilakukan PKT adalah dengan mendirikan kedai kopi binaan yang diberi
nama ‘Nyeduh FIOP’. Kedai kopi binaan ini merupakan hasil pelatihan penciptaan peluang usaha bagi
pemuda Bontang. 
VP TJSL PKT Anggono Wijaya mengatakan kedai kopi ini merupakan kesinambungan pembinaan PKT bagi
pemuda Bontang agar mampu mandiri dan berdaya saing. Sebelumnya para pemuda Bontang ini
mendapat pelatihan keterampilan barista. 
Pembukaan unit usaha ini juga untuk meningkatkan nilai manfaat bagi para peserta, sekaligus upaya
menekan angka pengangguran di Kota Bontang melalui sektor usaha yang difasilitasi sesuai bakat dan
keterampilan masyarakat. 
“Ini adalah usaha kedua yang berdiri dari hasil pelatihan keterampilan yang dibekali PKT bagi pemuda
Bontang, setelah sebelumnya diresmikan usaha barbershop di Bontang Selatan,” ujar Anggono. 
Anggono berharap kedai kopi ini akan terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih signifikan,
baik dari sisi pengembangan usaha maupun kesejahteraan pelaku usahanya. Hal ini sejalan dengan
komitmen PKT terkait pemberdayaan dan pembinaan masyarakat yang tidak hanya terfokus di
lingkungan perusahaan tetapi juga menumbuhkan ekonomi kreatif di seluruh wilayah Bontang.

“Sekarang kedai kopi ini tergolong usaha mikro, nantinya dengan kesinambungan pembinaan PKT
diharap akan naik kelas menjadi usaha kecil dan begitu seterusnya. Sehingga nilai manfaat dan peluang
yang lebih besar bisa ditangkap dengan baik,” terang Anggono. (*)

Topik
Artikel Terbaru