Kombinasi Pupuk NPK Pelangi dan Hayati, Hasilnya Bagus Nggak Ya?
ilustrasi
(Istimewa)Penggunaan dua jenis pupuk dapat dilakukan untuk mengoptimalkan produktivitas pertanian. Namun, sebelum memutuskan untuk mengaplikasikan dua jenis pupuk untuk satu jenis tanaman. Pastikan Anda memahami fungsi serta bagaimana metode penggunaan masing-masing pupuk.
Dua jenis pupuk produksi PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), yaitu NPK Pelangi dan pupuk hayati Ecofert merupakan kombinasi yang tepat. Hasil demonstration plot (demplot) yang dilakukan PKT bersama petani menunjukkan dua jenis pupuk ini mampu meningkatkan produktivitas lahan dan hasil panen.
Kali ini Demfarm.id akan mengulas beragam manfaat dari penggunaan pupuk hayati Ecofert yang dikombinasikan dengan NPK Pelangi. Selain itu juga bagaimana kombinasi dua jenis pupuk ini mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Simak ulasan di bawah ini, ya!
Pupuk Hayati Ecofert Hemat Penggunaan Pupuk NPK
Pupuk hayati Ecofert merupakan salah satu produk ramah lingkungan (eco-friendly product) hasil inovasi yang dikembangkan PKT. Ecofert diciptakan untuk mendukung keberlanjutan budidaya pertanian ramah lingkungan dengan menjaga kesuburan dan kesehatan tanah.
Ecofert diperkaya dengan mikroorganisme unggulan yang bermanfaat bagi kesuburan tanah, yakni Aspergillus niger, Pseudomonas mendocina, Bacillus subtilis dan Bacollus flexus.
Ecofert dapat digunakan untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Butiran Ecofert berbentuk granul, berwarna abu-abu, dengan variasi kemasan 1 kg, 5 kg, dan 20 kg.
Beberapa keunggulan yang didapat melalui penggunaan Ecofert, di antaranya:
– Meningkatkan tersedianya unsur hara N dan P.
– Memacu pertumbuhan tanaman.
– Mendorong peningkatan penyerapan unsur hara tanah.
– Meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga dapat menghemat pupuk NPK hingga 25% dari dosis standar dengan dosis pemakaian Ecofert 20-40 kg per hektare pada saat pengolahan tanah.
Kombinasi NPK Pelangi dan Ecofert Dongkrak Hasil Panen
Beberapa program demplot yang dilakukan oleh PKT bersama petani hortikultura menunjukkan kombinasi NPK Pelangi dan pupuk hayati Ecofert mampu meningkatkan produksi tanaman secara signifikan.
Keberhasilan kombinasi dua jenis pupuk ini dirasakan oleh Serfin Repi, petani kentang asal, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
“Sebelum pakai NPK Pelangi dan Ecofert ini, hasil panen hanya berkisar 150 karung per hektare. Setelah menggunakan NPK Pelangi dan Ecofert, panennya bisa mencapai sekitar 200 karung, bahkan 300 karung per hektare,” kata Serfin dilansir Antara, 28 Juli 2020.
Hasil memuaskan juga dirasakan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Banyuwangi. Pada panen perdana demplot padi di Dusun Krajan, Desa Bubuk, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menunjukkan kombinasi NPK dan Ecofert berhasil meningkatkan produktivitas padi dari sebelumnya 6 ton per hektare menjadi 8,8 ton per hektare.
Demplot dilakukan pada lahan seluas 4 hektare. Pada tahap pemupukan dasar, lahan demplot diberi produk Ecofert. Pada tahap pemupukan lanjutan, tanaman diberi pupuk Urea dan NPK Pelangi 16-16-16. Hasilnya, terjadi peningkatan produksi dari 6 ton per hektare menjadi 8,8 ton per hektare.
“Penggunaan pupuk berimbang menjadi langkah penting untuk meningkatkan hasil panen. PKT telah menyarankan distributor dan kios pupuk di Banyuwangi untuk menyediakan pupuk organik selain pupuk kimia,” kata Ketua KTNA Banyuwangi Michael Edy Hariyanto dilansir Medcom.id, 12 Juli 2020 lalu.
Kombinasi Pupuk
Manfaat kombinasi pupuk kimia dan pupuk hayati produksi PKT juga dibuktikan oleh petani jagung di Tampes, Desa Selengen, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat pada saat panen demplot bersama PKT, 16 Mei 2020.
Rekomendasi pemupukan dari PKT yang dilakukan pada lahan demplot seluas 0,5 hektare adalah pupuk nonsubdi berupa 10 kg pupuk hayati Ecofert, 100 kg pupuk Urea Daun Buah, dan 150 kg pupuk NPK Pelangi 16-16-16.
Dengan kombinasi pemupukan tersebut hasil panen jagung meningkat drastis menjadi 10,56 ton per hektare (pipil kering panen). Padahal sebelumnya panen rata-rata hanya 6,4 ton per hektare atau mengalami peningkatan 65%.
Hasil panen demplot memuaskan ini menunjukan penggunaan pupuk yang tepat dan sesuai dosis yang dianjurkan justru dapat menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini sejalan dengan upaya PKT untuk mendorong peningkatan produktivitas lahan dan hasil pertanian.
Sementara itu, petani demplot, Irwan mengungkapkan, setelah menggunakan pupuk NPK Pelangi, Urea Daun Buah dan pupuk hayati Ecofert dari PKT, tanaman jagungnya menjadi hijau lebih lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, dan penggunaan pupuk lebih sedikit dari biasanya.
”Alhamdulillah berkat penggunaan pupuk hayati Ecofert, Urea Daun Buah dan NPK Pelangi, serta pendampingan dari petugas PKT, hasil panen tahun ini meningkat drastis, meskipun mayoritas petani di sekitar sini mengalami gagal panen akibat serangan hama dan penyakit,” ungkapnya.
Waktu Penggunaan Masing-Masing Pupuk pada Tanaman
Ecofert biasanya digunakan petani sebelum memulai tanam pada lahan yang telah digemburkan atau proses olah tanah.
Sementara itu, NPK Pelangi digunakan saat periode tanam sehingga mempengaruhi produktivitas.
Kombinasi kedua pupuk produksi PKT tersebut dikhususkan untuk tanaman pertanian atau hortikultura agar lebih meningkatkan hasil panen petani.
Pupuk hayati Ecofert terbuat dari bahan alami yang mengandung bakteri dan jamur yang dapat membantu memperbaiki unsur hara tanah. Ecofert juga mengandung ZPT alami yang dapat menyuburkan tanah dan mengoptimalkan fungsi pupuk sehingga mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 25 %.
Sedangkan keunggulan NPK Pelangi adalah sebagai pupuk slow release sehingga unsur hara yang terkandung dalam pupuk tersebut lebih efektif diserap oleh tanaman. Selain itu, NPK Pelangi juga memiliki kelarutan fosfat yang tinggi (dengan adanya kandungan DAP/Diamonium Phospate) sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil panen. (*)