Mengenal Anggrek Hitam, Tanaman Endemik yang Terancam Punah
cara budidaya anggrek hitam
(Istimewa)ANGGREK hitam atau Coelogyne Pandurata L merupakan salah satu flora endemik atau tumbuhan unik yang hanya tumbuh di daerah tertentu di wilayah Kalimantan, di antaranya adalah Kalimantan Timur. Pada dasarnya, anggrek ini tidak sepenuhnya berwarna hitam. Hanya bagian labellum atau lidah bunga yang berwarna hitam, sedangkan kelopak bunga berwarna hijau kekuningan.
Seperti umumnya anggrek, bunga ini juga memiliki sekitar 1 hingga 14 kuntum. Garis tengah tiap bunga sekitar 10 cm. Daun Kelopak berbentuk lanset, melancip, berwarna hijau muda dengan panjang 5 – 6 cm dan lebar 2 -3 cm. Daun mahkota berbentuk lanset melancip berwarna hijau muda menyerupai biola, tengah-tengahnya terdapat 1 alur, pinggirnya mengeriting, berwarna hitam kelam atau coklat tua.
Warna hitam pada lidah bunga anggrek hitam adalah pembawa sifat hitam yang dianggap langka, warna hitam ini dapat menjadi sumber pembawa sifat warna hitam yang dibutuhkan oleh para ahli tanaman untuk menghasilkan jenis persilangan corak warna bunga baru. Seperti anggrek lainnya, anggrek hitam tumbuh menumpang pada tumbuhan lain (epifit). Jenis anggrek yang langka ini sering ditemui di dataran rendah pada pohon-pohon tua, di dekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang cukup panas dan dekat sungai-sungai di hutan basah.
Musim berbunga anggrek hitam biasanya terjadi pada akhir tahun antara bulan Oktober sampai Desember. Ketika musim bunga, terdapat ratusan kuntum bunga yang bisa kita temui. Dengan bunga berbentuk tangkai, anggrek ini memiliki pesonanya sendiri terlebih lagi dengan aromanya yang khas. Tumbuhan ini hidup bergerombol membentuk rumpun yang tumbuh di habitat yang relatif lembab dan rajin berbunga. Dengan keindahan dan keunikan anggrek hitam, Kalimantan Timur menjadikannya sebagai maskot flora dan lebih dikenal sebagai Kersik Luai oleh masyarakat setempat.
Anggrek hitam termasuk ke dalam tumbuhan langka dan dilindungi dari perdagangan anggrek yang tercantum dalam Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Liar Hewan dan Tumbuhan Langka (CITES) Appendix I dan II.
Anggrek ini tumbuh secara liar, sangat sulit untuk memeliharanya di rumah, karena harus mendapatkan tempat yang suhu tropisnya sempurna. Jika tetap dipaksakan tumbuh di luar tropis, maka bunga ini tidak dapat tumbuh dengan sempurna dan bahkan bisa mati. Selain itu menurut kepercayaan masyarakat setempat, anggrek hitam memiliki kekuatan mistis. Masyarakat Dayak sangat menghormati anggrek hitam, mencuri atau merusaknya berarti merupakan pelanggaran terhadap hukum adat.
Ada juga anggrek hitam yang tumbuh di daerah Papua yang memiliki nama internasional “The Black Blood-Red Dendrobium” atau yang dikenal sebagai Anggrek Dendrobium Hitam-Merah darah. Anggrek ini memiliki nama latin Dendrobium atroviolaceum Rolfe. Uniknya, ternyata anggrek hitam ini merupakan anggrek persilangan yang dilakukan oleh seorang pakar budidaya anggrek Cymbidium asal Amerika Serikat, Andi Easton. Sedangkan untuk parental atau indukan dari anggrek ini adalah Cymbidium Janet Holland x Cymbidium Khairpour.
Walaupun bukan tanaman asli Papua, anggrek ini memiliki harga yang sangat mahal ditambah lagi anggrek ini termasuk tumbuhan yang langka. Tanaman anggrek hitam ternyata memiliki banyak manfaat diantaranya dapat dijadikan sebagai obat diare, mengobati rasa mual-mual, mampu menghentikan pendarahan pada rahim dan mengobati sakit maag.
Upaya PKT dalam Melestarikan Anggrek Hitam
Sebagai perusahaan yang berkomitmen menjaga lingkungan dan ekosistem, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) ikut berkontribusi dalam upaya melestarikan tanaman langka khas Kalimantan Timur ini. Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Kaltim mengungkapkan, sebagai perusahaan dengan basis produksi di Kalimantan Timur, sudah menjadi tanggung jawab pihaknya untuk turut menjaga kekayaan keanekaragaman lingkungan sekitar perusahaan. Inisiatif penyelamatan anggrek hitam sudah dijalankan sejak tahun 2011 yang diwujudkan dengan berbagai gerakan dan inovasi. Didukung teknologi dan tenaga riset terapan yang PKT miliki, serta berkolaborasi dengan balai konservasi yang ada di wilayah Kalimantan, pihaknya berhasil mengembalikan 1.314 anggrek hitam ke habitat aslinya sejak tahun 2018.
Adapun upaya PKT dalam meningkatkan jumlah populasi anggrek hitam, di antaranya memperbanyak jumlah bibit anggrek hitam dan mengembalikan anggrek hitam ke habitat aslinya (reintroduksi) yang dilakukan di Sangkima dan kawasan Taman Nasional Kutai. Total sebanyak 5.218 bibit anggrek hitam berhasil diproduksi sejak tahun 2016 atau rata-rata mencapai 1.043 per tahun. “Kami percaya inisiatif-inisiatif yang kami lakukan dapat meningkatkan jumlah anggrek hitam di habitat aslinya, yakni hutan tropis Kalimantan,” tutup Rahmad.
Pupuk Kaltim juga kembali melakukan reintroduksi 1.000 anggrek hitam hasil pengembangan secara kultur jaringan di laboratorium perusahaan kepada Balai Taman Nasional Kutai (TNK). Pengembalian anggrek hitam ke habitat alami ini ditandai serah terima dari Direktur Produksi Pupuk Kaltim Bagya Sugihartana, kepada Kepala Balai TNK Nur Patria Kurniawan si sela agenda Wana Rally Kutai XII yang disaksikan Wakil Bupati Kutai Timur Kasmidi Bulang di area konservasi TNK Sangkima Kabupaten Kutai Timur.
Menurut Bagya Sugihartana, selain bukti komitmen perusahaan terhadap konservasi keanekaragaman hayati, upaya pelestarian anggrek hitam yang selama ini dilaksanakan Pupuk Kaltim dianggap belum lengkap, jika bibit hasil pengembangbiakan tidak dikembalikan ke habitat alaminya. “Pupuk Kaltim peduli terhadap kelangsungan hidup anggrek hitam agar populasinya tetap terjaga. Hal ini yang mendasari konservasi dan pengembangan yang kami lakukan melalui metode kultur jaringan di laboratorium perusahaan,” ujar Bagya.
Melalui agenda ini, masyarakat diharapkan dapat menyadari pentingnya menjaga keberadaan anggrek hitam, serta mampu menekan aktivitas penjualannya secara illegal agar populasinya tetap terjaga karena anggrek hitam telah dikategorikan sebagai flora terancam punah yang dilindungi, dan dilarang diperdagangkan secara bebas kecuali hasil penangkaran sesuai Peraturan Pemerintah nomor 07 tahun 1999.
“Kepunahan anggrek hitam di alam bebas tentunya menjadi kerugian besar bagi keanekaragaman hayati Indonesia. Inilah yang diantisipasi Pupuk Kaltim melalui reintroduksi bersama Taman Nasional Kutai,” lanjut Bagya.
Sebagai mitra TNK selama 23 tahun, Pupuk Kaltim terus mendukung kegiatan konservasi keanekaragaman hayati, yang selama ini dilaksanakan perusahaan secara berkesinambungan. Seperti penurunan terumbu buatan di area Tobok Batang dengan komitmen 500 unit per tahun, penanaman mangrove di perairan Kedindingan dan HGB 65 Kota Bontang, serta konservasi Rusa Sambar di HP 01. “Pupuk Kaltim tak hanya berfikir profit dalam aktivitas bisnis yang dilaksanakan, tapi juga peduli terhadap pelestarian alam dan lingkungan sekitar,” kata Bagya.
Kepala Balai TNK Nur Patria Kurniawan mengatakan reintroduksi ini sebagai langkah positif dalam membantu mempertahankan populasi dan pemulihan ekosistem anggrek hitam di kawasan TNK. Apalagi setelah kebakaran yang melanda TNK pada 2015 lalu, seluruh anggrek hitam yang ada di area konservasi Sangkima dinyatakan habis dan satu-satunya lokasi yang masih memiliki tanaman tersebut hanya Cagar Alam Kersik Luway di Kabupaten Kutai Barat.
Penulis: Tyo