Free cookie consent management tool by TermsFeedPetani Millennial Septian Prasetya Utama Sukses Kembangkan Sistem Pertanian Terpadu - Demfarm
logo-demfarm

Petani Millennial Septian Prasetya Utama Sukses Kembangkan Sistem Pertanian Terpadu

·
<p>Menjadi petani muda sukses &#8211; Foto oleh Pinterest</p>

Menjadi petani muda sukses – Foto oleh Pinterest

(Istimewa)

Septian Prasetya Utama adalah wirausahawan muda yang berasal dari Desa Bangunsari, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Septian menjadi salah satu petani millenial yang berhasil menggembangkan sistem pertanian Terpadu. Septian merupakan petani muda yang sukses dalam berwirausaha melalui bantuan program Kementerian Pertanian yaitu Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS). Dalam program ini Septian dibekali dengan pelatihan, pendampingan, dan insentif untuk terjun dalam perusahaan pertanian sebagai trigger modal. 

Menurut petani muda kelahiran Desember 2000 ini, “ petani identik dengan kemiskinan dan kebodohan adalah anggapan yang salah. Ternyata banyak petani yang berlatar belakang pendidikan sarjana dan hidup berkecukupan”. Hal ini disampaikannya dalam keterangan pers (7/9). Septian menganggap usaha pertanian adalah usaha yang mulia karena mengandung unsur ibadah dan dan menjanjikan untuk hidup layak. Septian bercerita bahwa pertama kali ia tertarik dengan dunia pertanian ketika melihat kesuksesan sang ayah yang juga seorang petani. 

Septian menjadi petani dengan mulai membudidayakan tanaman hortikultura dan tanaman pangan, mulai dari sayur- sayuran seperti kacang panjang, buncis, bawang prei, padi, jagung dan kedelai. Selain itu Septia juga mengembangkan usaha peternakan kambing dan memanfaatkan limbah pertanian seperti tebon jagung, tongkol jagung, dan kulit kedelai. Limbah tersebut di cacahnya dengan mesin Chopper untuk dijadikan silase dan pakan fermentasi. Selain digunakan sendiri, hasil dari pakan tersebut juga ia pasarkan kepada para peternak lainnya. 

Tidak hanya mengolah limbah hasil pertanian menjadi pakan ternak, Septian bersama ayahnya juga mengolah limbah peternakannya menjadi pupuk organik. Lagi- lagi hasil dari limbah peternakan ini tidak hanya untuk digunakan sendiri tetapi juga ia pasarkan. Tidak hanya menggunakan pupuk kandang, Septian juga menggunakan produk organik lainnya seperti arang sekam, limbah organik sampah dapur, sisa hasil pertanian yang sudah membusuk. Septian berprinsip bahwa jangan sampai ada yang terbuang, karena semuanya bisa dimanfaatkan kembali karena dari alam kembali ke alam.

Saat ini produk unggulan yang sedang ia kembangkan adalah cabai yang dikelola secara pribadi. Dalam lahan grenhous berukuran 0,5 ha terdapat 10.000 kotak penyemaian yang berisi sekitar 400 polibag kecil. Dari produk ini Septian bisa mendapat omzet 75 juta dalam setahun. Pemasarannya pun tidak hanya dalam kabupaten Pacitan, tetapi sudah mencapai Wonogiri, Ponorogo dan Yogyakarta. 

Potensi Petani Milenial di Perekonomian Indonesia

Sektor pertanian menjadi salah satu sumber penyumbang untuk ekonomi negara. Petani milenial memiliki potensi yang sangat besar untuk mendapat keuntungan. Saat ini pemerintah melalui Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo terus mendorong para petani millennial untuk terus bertumbuh dan berkembang. Bahkan, Kementan terus berupaya mencetak petani milenial sebanyak 2,5 juta pada 2024.

Menurut Syahrul, dibutuhkan banyak pihak untuk terus mendorong semangat milenial agar mau terjun ke bidang pertanian, baik pemerintah pusat, daerah maupun kalangan swasta. Sebab, kata Syajrul, jika anak muda terjun di bidang pertanian, maka potensi kehidupan dan ekonomi bisa lebih baik ke depannya.

Untuk mengambil hati anak muda, saat ini sudah banyak teknologi di bidang pertanian yang terus berkembang dan membantu proses bertani modern. Sehingga dengan bantuan alat pertanian modern diharapkan menghasilkan potensi keuntungan yang lebih besar pula.

Septian sepertinya sudah lebih dulu merasakan keuntungan menjadi petani di usia muda. Menurutnya anak muda yang berani terjun di dunia pertanian bisa punya peluang di kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Apalagi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia saat ini.

Tidak ingin merasakan kesuksesan untuk dirinya sendiri, Septian bergabung dalam Gapoktan dan Poktan di daerahnya yaitu Poktan Tani Makmur, Gapoktan Sari Mulyo, hingga P4S Sari Mulyo. Septian juga terpilih menjadi Duta Petani Muda (DPM) Kementan. Septian mendampingi beberapa petani yang mengalami kesulitan atau kendala dalam tahap apapun, mulai ari GAP, GHP, dan pasca panen yang terpaku pada SOP. 

Program Pendamping untuk Petani Milenial

Para petani milenial tak lagi perlu khawatir untuk dapat survive di bidang pertanian. Banyak program dari pemerintah yang dapat membantu petani mengelola dan mendorong produktivitas pertanian. Salah satunya adalah Program Makmur yang diinisiasi oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) dan bekerja sama dengan pemerintah.

Sudah banyak yang merasakan manfaat bergabung dengan bergabung dalam Program Makmur. Pendampingan Program Makmur terbukti mampu meningkatkan hasil panen petani mencapai 5 ton per hektare dari sebelumnya maksimal hanya 2 hektare saja, seperti yang dirasakan petani di Desa Agung, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Keberhasilan tersebut ditandai dengan adanya panen raya padi.

Bahkan dalam kegiatan panen raya tersebut, PKT menyalurkan bantuan pupuk hayati Ecofert dan Biodex untuk membantu petani meningkatkan kembali kesuburan lahan.

Sesuai tujuannya, peningkatan produktivitas melalui program Makmur dilaksanakan PKT dengan memfasilitasi berbagai kemudahan bagi petani. Mulai dari penyediaan agri input seperti bibit, pupuk dan pestisida, akses permodalan melalui Himbara, pendampingan berkala pengelolaan lahan, asuransi pertanian untuk antisipasi gagal panen, hingga jaminan pembelian hasil panen oleh offtaker secara kontinyu di atas rata-rata harga pasar.

Selain itu, program Makmur juga langkah aktif PKT mengajak generasi muda kembali bertani dan melirik pertanian sebagai sektor potensial, sekaligus mendorong peningkatan penggunaan pupuk non subsidi untuk mengurangi ketergantungan petani akan pupuk subsidi.

Topik
Artikel Terbaru