Free cookie consent management tool by TermsFeedSebelum Bercocok Tanam, Gemburkan Tanah Dulu Yuk! - Demfarm
logo-demfarm

Sebelum Bercocok Tanam, Gemburkan Tanah Dulu Yuk!

·
<p>sumber foto: 99.co</p>

sumber foto: 99.co

(Istimewa)

Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman.” Penggalan lirik lagu Koes Plus yang berjudul “Kolam Susu” memang menjadi ciri khas Indonesia yang memiliki tanah yang subur. Banyak jenis tanaman yang bisa tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. 

Hanya saja, ada jenis tanah di Indonesia yang kurang cocok untuk bercocok tanam. Meski demikian, tetap ada cara untuk membuat tanah tersebut subur dan menjadi media tanam yang bagus.

Ada banyak jenis tanah di Indonesia. Maka dari itu, sebelum memutuskan bercocok tanam. Ada baiknya mengenali jenis tanah yang akan dijadikan lahan berkebun. Setiap jenis tanah memiliki manfaat, unsur, dan tingkat kesuburan yang berbeda.

Beberapa jenis tanah di Indonesia di antaranya: 

1. Tanah vulkanis

Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari hasil pelapukan bahan padat dan cair dari aktivitas vulkanik. Tanah vulkanis memiliki tingkat kesuburan yang tinggi karena memiliki unsur hara atau mineral yang dibutuhkan oleh tanaman.

Tanah vulkanis terbagi menjadi 2, yaitu tanah regosol dengan ciri- ciri berbutir kasar dan warnanya kelabu hingga kuning. Tanah ini cocok untuk menanam tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan.

Lalu tanah andosol memiliki ciri berbutir halus, tidak mudah tertiup angin dan warnanya adalah abu-abu. Tanah ini cocok dipakai untuk tanaman pertanian.

2. Tanah alluvial

Tanah ini berasal dari endapan lumpur yang dibawa aliran sungai. Tanah ini adalah tanah yang subur karena memiliki kadar air yang cukup. Tanah ini memiliki warna coklat hingga abu.

3. Tanah gambut atau tanah organosol

Tanah ini berasal dari pelapukan bahan- bahan organik seperti tumbuhan, gambut dan rawa. Tanah gambut biasanya ada di daerah yang memiliki iklim basah dan memiliki curah hujan yang tinggi. Tanah ini memiliki ciri berwarna hitam memiliki kandungan air, kandungan organik, dan tingkat keasaman yang tinggi. Tanah ini hanya memiliki PH 0.4, tidak memiliki unsur hara dan memiliki drainase yang buruk, sehingga tanah ini bisa dikatakan memiliki tingkat kesuburan yang kurang.

4. Tanah podsolik atau merah kuning

Tanah ini berasal dari batuan kurasa. Ciri-ciri dari tanah ini adalah warnanya yang merah hingga kuning, memiliki kandungan hara yang rendah, bersifat asam dan PH-nya juga rendah, serta kandungan organiknya juga rendah. Tanah ini memiliki tekstur yang beragam dari pasir hingga batuan kecil.

5. Tanah kapur atau Mediterania

Tanah ini berasal dari tumpukan batu kapur. Tanah ini tidak memiliki tingkat kesuburan yang rendah, dan tidak dapat ditanami dengan tanaman yang membutuhkan banyak air. 

6. Tanah litosol

Tanah ini berasal dari jenis batu-batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna. Tanah ini memiliki ciri- ciri dengan tekstur yang bermacam- macam, mulai dari bebatuan yang keras, memiliki unsur hara yang rendah dan tanah ini sulit untuk ditanami tumbuhan.

7. Tanah latosol

Tanah ini termasuk dalam tanah tua yang terbentuk dari batu api yang mengalami pelapukan lebih lanjut. Tanah ini bersifat asam, memiliki kandungan organik dari rendah ke sedang, berwarna merah hingga kuning dan memiliki tekstur lempung.

8. Tanah Podsol

Tanah ini adalah tanah yang terbentuk karena pengaruh suhu rendah dengan curah hujan yang tinggi. Tanah ini memiliki unsur hara yang sedikit, tidak subur,memiliki kandungan organik yang rendah, betektur pasir hingga lempung, berwarna kuning hingga kuning keabuan. 

9. Tanah mergel

Tanah ini merupakan campuran dari tanah liat, kapur, dan pasir. Tanah ini adalah tanah yang subur, memiliki kandungan mineral dan kandungan air yang tinggi. 

10. Tanah laterit

Tanah ini bukanlah jenis tanah yang subur, karena berasal dari hasil pencucian karena suhu rendah dengan curah hujan yang tinggi. Tanah ini juga tidak subur karena memiliki banyak mengandung sisa oksidasi besi dan alumunium.

11. Tanah humus

Tanah humus terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan. Tanah humus adalah tanah yang sangat subur, memiliki kandungan mineral, kandungan air yang tinggi dan kaya akan unsur hara. Tanah ini banyak ditemui di bawah bebatuan atau tumbuh- tumbuhan. 

Ciri- ciri tanah yang subur untuk bercocok tanam

Untuk bercocok tanam tentu kita membutuhkan tanah yang memiliki tingkat kesuburan tinggi agar tanaman dapat tumbuh baik dan sehat. Namun bagaimana ciri- ciri tanah yang dapat dikatakan subur?

Tanah yang subur pertama adalah harus memiliki memiliki kandungan humus yang tebal. Ketersediaan humus sangat penting untuk proses fotosintesis. Ini juga dapat menjadi tanda bagaimana baik atau tidaknya drainase di sekeliling lahan.

Selanjutnya adalah tanah harus memiliki PH yang normal. Ph yang baik untuk tanaman berada pada kisaran 6,5- 7,5. Tekstur juga menjadi ciri tanah subur. Tanah yang subur harus memiliki tekstur lempung, yang tidak lapuk dan kuat mengikat berbagai unsur penting dalam tanah. Struktur tanah yang subur dapat dilihat dari kombinasi lempung, pasir, dan tanah gambut yang seimbang.

Ciri selanjutnya adalah tanah tersebut memiliki biota tanah yang melimpah. Banyaknya kehadiran biota pada tanah seperti cacing, tanaman kecil dan mikroorganisme lainnya menandakan bahwa tanah tersebut subur. Tanah subur juga dicirikan dengan banyaknya ditumbuhi oleh tanaman. Semakin banyak vegetasi tumbuhan yang berada pada tanah tersebut berarti tanah tersebut sangat memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.

Bagaimana cara menyuburkan tanah?

Setelah mengetahui bagaimana ciri-ciri tanah yang subur untuk bercocok tanam, pertanyaan selanjutnya tentulah bagaimana cara agar kita bisa membuat tanah menjadi subur. Tapi tenang saja Anda dapat menyuburkan tanah dengan beberapa metode dibawah ini.

  1. Metode biologis

Anda dapat menyuburkan tanah dengan menggunakan metode biologis seperti, tambah materi dan pupuk organik pada tanah. Penambahan materi organik ini bermanfaat untuk mengaktifkan mikroorganisme tanah untuk mendegradasi materi organik itu sendiri. 

Selanjutnya lengkapi dengan materi hewani seperti, darah, tulang, dan bulu hewan yang memiliki kandungan nitrogen yang cukup baik sebagai pupuk organik. Gunakan serabut dan abu gergaji. Cara ini sangat efisien untuk menambah kandungan nitrogen pada tanah. Pemanfaatan lamun atau sejenis rumput laut untuk membantu melepas mineral pada tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan mencegah gangguan dan penyakit pada tanaman, ini dikarenakan lamun memiliki kadar kalium yang penting untuk tanah.

Langkah selanjutnya cobalah untuk menggunakan materi ikan. Karena ikan memiliki kandungan nutrisi yang dapat membuat tanah subur. Lalu Anda juga dapat menggunakan kascing yang merupakan materi organik dari kotoran cacing. Materi ini dapat membentuk struktur tanah, menggemburkan tanah, serta mempercepat penyerapan nutrisi pada tanah. Perbanyak pupuk kandang, maksimalkan pupuk kompos, buat green manure dan tambahkan juga pupuk hayati. Cara ini dapat membantu Anda menyuburkan tanah.

  1. Metode Non-biologis.

Metode kedua yang dapat membantu Anda menyuburkan tanah adalah dengan metode non-biologi seperti penambahan bahan kimia seperti NPK, ZA dan urea yang dapat membantu menutrisi tanah. Selanjutnya perbanyak kandungan mineral dengan menambah materi bebatuan pada tanah. Tambah debu granit, lengkapi dengan batu kapur, tambah debu pasal, atur kadar PH. Anda dapat mengatur kadar PH dengan menambahkan ion karbonat dari batuan kapur, dan apabila terlalu tinggi normalkan dengan ion sulfat dari batuan gipsum. Langkah terakhir adalah hambat pembuangan nitrogen dengan cara memanfaatkan senyawa inhibitor alami misalnya dengan menggunakan tanaman tebu.

  1. Pupuk yang cocok untuk menyuburkan tanah

Banyak produk pupuk yang direkomendasikan untuk menyuburkan tanah, baik organik maupun kimia. Seperti pupuk kandang, pupuk kompos, kapus, dan pupuk ecofert.

Selain menggunakan pupuk, cobalah untuk rutin melakukan pengolahan tanah. Hal ini dilakukan untuk dapat membantu memperbaiki kondisi tanah. Selanjutnya, berikan pupuk organik dan pupuk hayati dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Dosis pupuk ecofert untuk tanaman perkebunan: 100-120 kg/Ha/tahun
  • Dosis pupuk ecofert untuk tanaman hortikultura: 40 kg/Ha
  • Dosis pupuk ecofert untuk tanaman pangan: 20 kg/Ha

Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menyuburkan tanah adalah merotasi tanaman bergilir, misalnya tanaman palawijaya. Kemudian cobalah melakukan intensifikasi dan diversifikasi pertanian.

Topik
Artikel Terbaru