Teknik Menanam Tumpang Sari, Kedelai dan Sayur Bisa Jadi Satu Lho!
teknik menanam tumpangsari kedelai
(Istimewa)Tumpang sari adalah sebuah teknik menanam yang melibatkan dua atau lebih jenis tanaman pada satu area lahan dalam waktu tanam yang bersamaan atau berdekatan. Pada umumnya tumpang sari dapat dilakukan pada jenis tanaman yang memiliki waktu dan budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Namun tumpang sari juga bisa dilakukan pada tanaman yang memiliki waktu berbeda.
Tumpang sari dilakukan untuk dapat memaksimalkan manfaat faktor produksi yang dimiliki petani, seperti keterbatasan lahan, pekerja, modal, pemakaian pupuk, penggunaan pestisida yang lebih efisien, mengurangi erosi, konservasi lahan, stabilitas biologi tanah, dan mendapatkan produksi total yang lebih besar daripada penanaman secara monokultur. Pada sistem menanam secara tumpang sari, tanaman pokok tidak akan terganggu oleh tanaman pendamping.
Praktek penanaman secara tumpang sari sering dikaitkan dengan sistem pertanian berkelanjutan, di mana dengan sistem tumpang sari maka keanekaragaman hayati tetap terjaga dengan menyediakan habitat bagi berbagai macam serangga dan organisme tanah yang tidak akan hadir pada sistem monokultur. Hasil panen dari tanaman tumpang sari juga dapat memberikan nilai gizi beraga. Hal ini karena keanekaragaman gizi yang dimiliki oleh tanaman yang berbeda bisa diserap oleh tanaman lain.
Manfaat Teknik Tumpang Sari
Manfaat utama dari tumpang sari tentu saja adalah tingkat efektif dan efisiensi petani dalam pengolahan lahan, penggunaan pupuk, perawatan seperti penggunaan pestisida, dan tenaga karena dilakukan secara bersamaan sehingga dapat menekan biaya produksi.
Tak hanya itu, teknik tumpang sari membantu petani dapat melakukan beberapa kali panen dengan jenis tanaman yang berbeda. Teknik ini membuat petani memiliki hasil produksi maksimal meski hanya menggunakan satu lahan terbatas.
Teknik tumpang sari juga memiliki harga jual berbeda di tiap tanaman. Dengan begitu, petani akan mendapatkan keuntungan lebih. Jika salah satu tanaman mengalami gagal panen, kerugian yang didapat tidak terlalu besar karena dapat ditutupi dengan keuntungan tanaman lain.
Dari segi nutrisi tanah dan tanaman, tentu saja tidak akan terbuang sia-sia karena diserap maksimal oleh semua jenis tanaman. Risiko terserang gulma juga minim, karena seluruh lahan terpenuhi oleh tanaman.
Menanam Kedelai dan Sayuran dengan Sistem Tumpang Sari
Memaksimalkan areal lahan yang terbatas dengan metode tumpang sari memang dapat memberikan banyak keuntungan untuk petani. Namun dalam penggunaannya pun metode tumpang sari tidak bisa untuk seluruh tanaman. Sistem tumpang sari dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian jika jenis-jenis tanaman yang dikombinasikan dalam system ini membentuk interaksi saling menguntungkan. Sehingga tanaman yang ditanam secara tumpangsari tersebut dapat memberikan hasil secara maksimal dan lebih menguntungkan daripada ketika ditanam secara monokultur. Tumpang sari biasanya dilakukan pada tanaman yang memiliki usia tanam sama atau tanaman semusim.
Salah satu tanaman yang bisa menggunakan metode tumpang sari adalah kedelai. Kedelai adalah jenis tanaman polong-polongan. Kedelai bisa disandingkan dengan tanaman seperti jagung, dan cabai. Saat menanam jagung, kedelai, dan cabe dengan menggunakan metode tumpang sari, maka jagung akan menjadi tanaman pokok, sedangkan kedelai dan cabai akan menjadi tanaman pendamping.
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum menanam adalah mempersiapkan lahan. Persiapan lahan harus dilakukan minimal 7 hari sebelum penanaman. Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari gulma, membuat guludan dan bedengan secara terpisah untuk pembibitan cabai.
Dalam tumpang sari kali ini pola tanam yang dipakai adalah jagung (X), kedelai (X), dan cabai (O). Guludan dibuat sedemikian rupa agar memudahkan dalam proses penanaman dan panen. Jarak tanam baris yang digunakan adalah 50-70 cm, jarak per kolom adalah 80 cm dan jarak per bedengan adalah 100 cm.
Langkah selanjutnya adalah mulai untuk menanam jagung. Karena jagung adalah tanaman pokok yang berfungsi sebagai naungan bagi tanaman cabai dan kedelai. Tanam jagung dengan memasukkan biji pada setiap lubang. Saat menanam jagung tanah diberi campuran pupuk kandang sebanyak satu genggam setiap lubang. Setelahnya pemberian pupuk dapat dilakukan 2 kali yaitu pada usia 7-10 hari dan pada saat usia 35-45 hari. Jagung akan bisa panen saat berusia 2,5-3 bulan dengan ciri-ciri kelobot sudah kering dan lapisan hitam pada pangkal biji.
Setelah jagung berusia 20 hari, tani muda bisa mulai menanam bibit cabai di setiap lubang yang telah ditutupi mulsa. Pemupukan pada tanaman cabai bisa dilakukan saat cabe sudah berusia satu bulan setelah benih ditanam, kemudian 2 minggu sekali, setelahnya saat cabai sudah berusia 2 bulan dan 2,5 bulan setelah di tanam. Tanaman cabai akan dapat dipanen setelah berusia 90-100 hari. Setelah itu cabai akan bisa dipanen dalam waktu 15 hari sekali. Tanaman cabai yang dirawat dengan baik bisa dipanen selama waktu 7 tahun.
Setelah jagung mengalami panen di usia 2,5- 3 bulan, disaat itu lah kedelai mulai di tanam di samping tanaman cabai. Varietas kedelai yang digunakan adalah jenis yang toleran naungan. Kedelai bisa dipanen sebelum polong pecah yaitu saat polong berwarna coklat.
Rekomendasi Pupuk untuk Kedelai
Penanaman dengan metode tumpang sari memberi manfaat salah satunya adalah pemberian pupuk satu untuk semua. Begitu pula dengan kedelai, jagung dan cabai. Kedelai akan menyerap nutrisi tanah dari hasil pemupukan pada jagung dan cabai yang ditanam terlebih dahulu. Pupuk yang digunakan saat menanam jagung bisa menggunakan pupuk kandang, ataupun pupuk kimia seperti urea dan pupuk majemuk lain dengan dosis 100 kg urea + 300 kg pupuk majemuk per hektar pada usia 7-10 hari. Selanjutnya pada usia 35-45 hari berikan pupuk urea 20 kg + 100 kg pupuk majemuk lainnya. Caranya pemupukan adalah dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang, dengan jarak sekitar 10 cm di samping tanaman dan ditutup dengan tanah.
Untuk pupuk urea, tani muda bisa menggunakan urea yang diproduksi oleh PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT). Urea yang disebut juga pupuk nitrogen (N), memiliki kandungan nitrogen 46%. Urea dibuat dari reaksi antara amoniak (NH3) dengan karbon dioksida (CO2) dalam suatu proses kimia menjadi urea padat dalam bentuk prill (ukuran 1-3,35 mm) atau granul (ukuran 2-4,75 mm). Urea prill banyak digunakan untuk segmen tanaman pangan dan industri, sedangkan Urea granul lebih cocok untuk segmen perkebunan dan industri.
Urea Pupuk Kaltim dipasarkan dengan merek dagang Daun Buah untuk sektor non subsidi, dengan butiran pupuk yang berwarna putih dan variasi kemasan antara lain 2 kg, 5 kg, 10 kg, 20 kg dan 50 kg. Sedangkan urea bersubsidi disalurkan dengan merek dagang Pupuk Indonesia Holding Company, mempunyai butiran pupuk berwarna pink, dengan kemasan 50 kg. (Demfarm/Fitri)